KEBIJAKAN
DISTRIBUSI DAN PENYIMPANAN OBAT
PADA
PRAKTEK MANDIRI PERAWAT,POS OBAT DESA,PUSKESMAS DAN RUMAH SAKIT
A.
Kebijakan
Distribusi dan Penyimpanan Obat Pada Praktik Mandiri Perawat
Praktek Mandiri yang dilakukan oleh
perawat diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor.
HK.02.02/MENKES/148/I/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik perawat.
Permenkes ini dikeluarkan menimbang dari pasal 23 ayat (50 Undang-Undang No. 36
Tahun 2009 tentang kesehatan. Dalam peraturan menteri yang dimaksud perawat dan
bagaimana ketentuan umum praktik perawat terdapat pada BAB I Ketentuan Umum
Pasal 1 sebagai berikut (beberapa poin penting saja saya kutip):
“1.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun luar negeri sesuai dengan peraturan perundang-undangan”
“3.
Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti
tertulis yang diberikan kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan
secara perorangan dan atau berkelompok”
“4.
Standar adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesi yang meliputi standar pelayanan, standar profesi dan
satndar prosedur operasional”
“6.
Obat bebas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna hijau yang dapat diperoleh
tanpa resep dokter”
“7.
Obat bebas terbatas adalah obat yang berlogo bulatan berwarna biru yang dapat
diperoleh tanpa resep dokter”
Dalam pasal ini juga mengatur bahwa
perawat dapat memberikan obat bebas (bulatan hijau) dan bebas terbatas (bulatan
biru). Tapi di praktik keperawatan, pemberian terapi berupa obat yang
dikonsumsi per oral (melalui mulut) tidak kami berikan, kami hanya memberikan
balutan-balutan luka atau topikal terapi yang sudah sesuai dengan kompetensi
yang kita miliki sebagai perawat spesialis luka sesuai standar di Indonesia
dan World Council Enterostomal Therapy Nursing (WCETN). Jika
kami memerlukan terapi atau obat-obatan per oral maka kami bekerjasama dengan
dokter umum maupun dokter spesialis sesuai dengan kewenangan dan kebutuhan
pasien.
Tentunya perawat melakukan tindakan
praktik mandiri juga melakukan pendistribusian dan penyimpanan obat di tempat
prakteknya. Pendistribusian bertujuan untuk memberikan perbekalan farmasi yang
tepat dan aman pada waktu dibutuhkan oleh pasien. Distribusi dimulai dari distributor
obat bagian farmasi kemudian langsung ke tempat praktik mandiri perawat. Penyimpanan
obat-obatan yang ada di tempat praktik perawat menyesuaikan dengan jenis obat
dan suhu ruangan.
B.
Kebijakan
Distribusi dan Penyimpanan Obat pada Pos Obat Desa
Pos obat desa merupakan wujud peran
serta masyarakat dalam hal pengobatan sederhana. Kegiatan ini dapat dipandang
sebagai perluasan kuratif sederhana, melengkapi kegiatan preventif dan promotif
yang telah di laksanakan di posyandu. Dalam implementasinya POD dikembangkan
melalui beberapa pola di sesuaikan dengan stuasi dan kondisi setempat .
Beberapa pengembangan POD itu antara
lain: POD murni, tidak terkait dengan UKBM (upaya kesehatan bersumberdaya
manusia) lainnya.
a. POD
yang di integrasikan dengan Dana Sehat ;
b. POD
yang merupakan bentuk peningkatan posyandu:
c. POD
yang dikaitkan dengan pokdes/ polindes ;
d. Pos
Obat Pondok Pesantren ( POP ) yang dikembangkan di beberapa pondok pesantren ;
POD jumlahnya belum memadai sehingga
bila ingin digunakan di unit-unit desa ,maka seluruh ,diluar kota yang jauh
dari sarana kesehatan sebaiknya mengembangkan Pos Obat Desa masing-masing.
Tujuan program ini adalah untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mendeteksi dan mengatasi masalah
kesehatan desa secara mandiri. Program desa ini membawa pesan implisit bahwa
pemerintah akan melepaskan (alias “ngeculke”) tanggung jawab finansial
pemerintah dalam mewujudkan kesehatan kepada masyarakat. Memang tidak
dipungkiri bahwa sehat tidak hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi masyarakat
sendiri juga berperan. Sehingga, pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu
kunci. Pemberdayaan masyarakat ini bukanlah sulapan. Memberdayakan masyarakat
berarti memberikan informasi kesehatan yang tepat dan lengkap kepada
masyarakat, agar mereka mengerti tentang baik-buruknya alternatif yang tersedia
serta bertanggung jawab terhadap pilihannya. Dengan demikian, pemberdayaan
masyarakat juga terkait dengan kompleksitas pengambilan keputusan.
C.
Kebijakan
Distribusi dan penyimpanan Obat Pada Puskesmas
1.
Pendistribusian
Penyaluran atau pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan seperti Sub Unit Pelayanan Kesehatan di lingkungan puskesmas (Kamar Obat, Laboratorium), Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan Polindes/PKD setelah unit-unit tersebut melakukan permintaan sesuai dengan LPLPO dari unit bersangkutan ke Puskesmas induk.
Penyaluran atau pendistribusian adalah kegiatan pengeluaran dan penyerahan obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub-sub unit pelayanan kesehatan seperti Sub Unit Pelayanan Kesehatan di lingkungan puskesmas (Kamar Obat, Laboratorium), Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Posyandu, dan Polindes/PKD setelah unit-unit tersebut melakukan permintaan sesuai dengan LPLPO dari unit bersangkutan ke Puskesmas induk.
2.
Penyimpanan
Penyimpan obat di Puskesmas setelah menerima dropping dari Dinkes (unit Gudang Farmasi), obat-obatan yang sering digunakan disimpan di tempat terbuka sehingga pada saat pengemasan obat lebih cepat dan mudah. Secara keseluruhan, penyimpanan obat dilakukan dengan cara obat disusun secara alfabetis atau bisa dengan cara pengelompokkan kelas terapi. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO, obat disimpan pada rak, obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan diatas palet, tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk, cairan harus dipisahkan dari padatan, serum/vaksin/suppositoria disimpan dilemari pendingin.
Penyimpan obat di Puskesmas setelah menerima dropping dari Dinkes (unit Gudang Farmasi), obat-obatan yang sering digunakan disimpan di tempat terbuka sehingga pada saat pengemasan obat lebih cepat dan mudah. Secara keseluruhan, penyimpanan obat dilakukan dengan cara obat disusun secara alfabetis atau bisa dengan cara pengelompokkan kelas terapi. Obat dirotasi dengan system FIFO dan FEFO, obat disimpan pada rak, obat yang disimpan pada lantai harus diletakkan diatas palet, tumpukan dus sebaiknya harus sesuai dengan petunjuk, cairan harus dipisahkan dari padatan, serum/vaksin/suppositoria disimpan dilemari pendingin.
D. Kebijakan Distribusi dan Penyimpanan
Obat Pada Rumah Sakit
Sistem
distribusi
obat
di rumah sakit adalah
tatanan jaringan
sarana,
personel, prosedur,
dan jaminan mutu
yang
serasi, terpadudan berorientasi
kepada
pasien
dalam kegiatan penyampaian
sediaan
obat
beserta informasinya kepada pasien. Sistem
distribusi obat
untuk pasien rawat inap yang diterapkan bervariasi
dari rumah sakit
ke rumah sakit,
hal itu tergantung pada
kebijakan
rumah sakit,kondisi
dan keberadaan fasilitas fisik,personel,dan
tata
ruang rumah sakit.
Ada 2 bentuk distribusi perbekalan
farmasi di rumah
sakit:
1.
Sentralisasi
Penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi dipusatkan pada
satu tempat
di Instalasi Farmasi (unit/bagian distribusi perbekalan
farmasi). Seluruh
kebutuhan perbekalan farmasi untuk
unit pelayanan/ruang rawat baik
untuk kebutuhan individu pasien maupun kebutuhan dasar ruang rawat disuplai
langsung dari pelayanan
farmasi pusat.
2. Desentralisasi
Pelayanan farmasi
mempunyai
cabang
di dekat unit pelayanan/ruang
rawat yang
disebut
depo/satelit farmasi.
Penyimpanan dan
pendistribusian
perbekalan farmasi
tidak langsung
dilayani oleh
pelayanan farmasi pusat
tetapi
disuplai
dari depo/satelit
tersebut. Ada 4 sistemdistribusi
perbekalan farmasi yaitu:
a)
Sistem persediaan
lengkap di ruang rawat
(Ward Total Floor Stock)
Seluruh persediaan obat kebutuhan pasien disimpan diruang
rawat,dan pengelolaannya menjadi
tanggung jawab
perawat. Kebutuhan obat
pasien langsung dilayani oleh
perawat
di ruang rawat,
sehingga farmasi tidak terlibat sama sekali
dalam proses pengkajian
resep
sebelum
obat disiapkan.
b)
Sistem resep individual
(pesanan
obat secara individual)
Sistem ini memberikan
pelayanan
kepada pasien
secara
individual dan cara ini memudahkan penarikan pembayaran
atas
obat yang diberikan kepada pasien.
c)
Kombinasi sistem
resep individual dengan Total Floor
Stock
Pada sistem ini distribusi
obat terutama dilakukan berdasarkan
resep individual
dikombinasikan dengan total floor stock untuk perbekalan farmasi
tertentu
dan dalam jumlah terbatas. Sistem
ini umumnya
digunakan
pada
rumah
sakit
yang
menarik
biaya
pengobatan secara
individual.
d)
Sistem dosis
unit
Pada sistem dosis unit, permintaan
obat pada instruksi pengobatan
tidak diserahkan seluruhnya tetapi disiapkan hanya untuk kebutuhan 24 jam, dan obat dikemas
dalam bentuk satuan dosis
unit/wadah plastik
kecil untuk satu
waktu
pemberian (satu kemasan untuk
satu waktu pemberian, yaitu pagi, siang,
sore, dan
malam).
Perbekalan farmasi
di rumah sakit dibedakan menjadi
3 kelompok:
1. Perbekalan farmasi
penyelamat hidup (emergency)
2. Perbekalan farmasi
dasar
ruang
rawat
3. Perbekalan farmasi
kebutuhan individual pasien.
v Penyimpanan
merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan
:
a. Dibedakan
menurut bentuk sediaan dan jenisnya
b.Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya
c. Mudah
tidaknya meledak/terbakar
d. Tahan/tidaknya
terhadap cahaya
v Ruang
penyimpanan
Ruang penyimpanan harus
memperhatikan kondisi, sanitasi temperatur sinar/cahaya, kelembaban, fentilasi,
pemisahan untuk menjamin mutu produk dan keamanan petugas yang terdiri dari :
a. Kondisi Umum untuk Ruang Penyimpanan
1.
Obat jadi
2.
Obat produksi
3.
Bahan baku
obat
4.
Alat kesehatan dan lain-lain.
b. Kondisi Khusus untuk Ruang Penyimpanan
1.
Obat termolabil
2.
Alat kesehatan dengan suhu rendah
3.
Obat mudah terbakar
4.
Obat/bahan obat berbahaya
5.
Barang karantina
Penyimpanan
perbekalan farmasi di gudang atau bagian logistik farmasi dapat menggunakan
beberapa sistem penyimpanan (Quick dkk., 1997). Macam-macam sistem penyimpanan
tersebut adalah :
1.
Fixed Location
Sistem ini
sangat mudah di dalam mengatur barang, karena masing- masing item persediaan
selalu di simpan dalam tempat yang sama dan di simpan dalam rak yang spesifik,
rak tertutup atau dalam rak bertingkat. Sistem ini diibaratkan seperti rumah,
dimana seluruh penghuni dapat mengetahui semua letak barang. Beberapa kerugian
dalam penggunaan sistem ini yaitu:
a.
Sistem ini tidak fleksibel, jika ada
perubahan dalam jumlah pemesanan atau perubahan dalam pengemasan atau keputusan
untuk mengubah tempat menjadi lebih besar atau lebih kecil.
b.
Jika ada item baru yang dipesan,
mungkin tidak ada tempat untuk menyimpannya.
c.
Pencurian oleh karyawan dapat
meningkat karena seluruh karyawan mengetahui tempat-tempat item yang
diperhitungkan (obat yang bernilai mahal).
d.
Tempat penyimpanan harus dibersihkan
karena tempat yang digunakan untuk jangka waktu yang lama jadi harus di jaga
kebersihannya.
2.
Fluid Location
Dalam sistem ini, penyimpanan di bagi menjadi beberapa
tempat yang dirancang. Masing-masing tempat ditandai sebuah kode. Setiap item
disimpan dalam suatu tempat yang disukai pada waktu pengiriman. Sistem ini
dirancang seperti hotel. Ruangan ditandai hanya ketika barang datang.
Administrasi sistem fluid location
berdasarkan pada:
a.
Unit pengadaan memberikan informasi
mengenai tipe, volume, dan jumlah barang yang datang.
b.
Staf gudang menganalisis di mana
lokasi barang yang akan digunakan untuk barang yang akan datang dan dapat memilih
tempat yang tepat. Data ini dapat dilaporkan di dalam sistem pengontrolan stok.
c.
Jika tempat sudah tidak cukup lagi,
maka barang-barang lain dapat dipindah untuk menciptakan ruangan yang baru
lagi.
d.
Pelaporan sistem pengontrolan stok
harus diperbaharui.
Sistem fluid location
membutuhkan sistem klarifikasi dimana dapat dialokasikan dengan kode yang
khusus terhadap stok item yang lain. Selain itu, untuk pelaporan stok beberapa
batch dari beberapa item harus selalu dilaporkan letaknya secara fisik dari setiap
item yang disimpan. Dalam sistem ini, batch yang berbeda dari setiap item
mungkin disimpan dalam beberapa tempat yang berbeda.
3.
Semi Fluid Location
Sistem ini
merupakan kombinasi dari sistem kedua di atas. Sistem ini diibaratkan seperti
hotel yang digunakan oleh tamu. Setiap barang selalu mendapatkan tempat yang
sama. Barang yang khusus diberikan tempat tersendiri. Dalam sistem ini, setiap
item ditandai dengan penempatan barang yang cocok supaya mempermudah dalam
mengambil stok. Saat menyediakan pesanan karyawan harus mengetahui di mana
letak setiap item, untuk memudahkan dalam mengingat setiap item. Untuk barang yang slow moving perlu dilakukan pemilihan
lokasi dan penataan ulang. Sistem ini tidak menghemat tempat seperti sistem fluid location. Adapun keistimewaan
sistem ini adalah ketika mengambil stok selalu diperhatikan tempat yang sama.
Tidak seperti sistem fixed location, dimana resiko tertukar barang yang
relatif lebih kecil.
Beberapa sistem penataan obat yang digunakan juga memiliki peran penting
terhadap efisiensi pengelolaan dan penyimpanan obat. Sistem penataan obat yang
dapat digunakan antara lain adalah :
1. First In First Out (FIFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan barang baru (datang
terakhir) di belakang barang yang datang sebelumnya.
2. Last in First Out (LIFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan barang baru (datang
terakhir) di depan yang datang sebelumnya.
3. First Expired First Out (FEFO)
Sistem penataan obat atau perbekalan farmasi dengan meletakkan obat yang
mempunyai tanggal kadaluarsa lebih dahulu di depan obat yang mempunyai tanggal
kadaluarsa lebih akhir.
Distribusi merupakan kegiatan pendistribusian perbekalan
farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta
untuk menunjang pelayanan medis (Anonim, 2006).
Distribusi adalah kegiatan menyalurkan perbekalan farmasi agar
pelayanan terhadap pasien dapat berjalan dengan baik. Sistem distribusi obat
yang diterapkan pada setiap rumah sakit berbeda-beda tergantung kondisi dan
kebijakan rumah sakit. Sistem distribusi yang baik mempunyai beberapa ciri
antara lain:
a. Penyimpanan
obat dilakukan sesuai persyaratan stabilitas sehingga mutu sediaan terjamin
serta memudahkan monitoring persediaan.
b. Pengelolaan persediaan dilakukan
secara optimal.
c. Administrasi stok persediaan dilakukan secara akurat sehingga memberikan
informasi yang tepat.
d. Meminimalkan kemungkinan pencurian, kehilangan stok dengan mengoptimalkan
sistem pengamanan, penataan dan administrasi stok.
e. Meminimalkan kejadian obat rusak atau telah melampaui waktu kadaluarsa
Farmasi Di Rumah Sakit, yaitu:
a.
Sistem
sentralisasi, jika seluruh resep disiapkan dan didistribusikan oleh instalasi
farmasi sentral.
b.
Sistem
desentralisasi, jika terdapat instalasi farmasi lain (outlet/depo/satelit) yang
memberikan pelayanan farmasi dalam kesatuan manajemen rumah sakit.
Berdasarkan
mekanisme distribusi perbekalan farmasi di rumah sakit, sistem distribusi terbagi menjadi beberapa tipe yaitu:
1.
Individual Prescribing
Sistem distribusi ini adalah
distribusi obat kepada pasien berdasarkan resep obat dokter untuk tiap pasien.
Dalam sistem ini semua obat yang diperlukan untuk pengobatan di-dispensing dari IFRS.
2. Floor Stock
Sistem distribusi ini adalah
menyiapkan obat yang dibutuhkan pasien di ruangan perawatan kecuali obat mahal
atau obat yang jarang digunakan.
3. Kombinasi antara individual
prescribing dengan floor stock
Sistem distribusi ini adalah
distribusi obat dengan menggunakan sistem penulisan resep secara individu dan
juga memanfaatkan floor stock secara
terbatas.
4. Unit Dose
Dispensing (UDD)
Sistem distribusi ini adalah
penyiapan obat dosis tunggal untuk pemakaian selama 24 jam oleh petugas
instalasi farmasi.
Alur
pelayanan penerimaan barang di gudang farmasi antara lain:
a.
Petugas menerima obat dari PBF
sesuai faktur.
b.
Petugas menyimpan obat sesuai dengan
bentuk sediaan, abjad, nama obat dengan memperhatikan waktu kadaluarsa (bila
ada).
c.
Petugas mencatat per jenis obat
dalam kartu stock obat
d.
Petugas mendistribusikan obat ke
unit pelayanan sesuai dengan mencatat ke dalam buku pengeluaran barang
gudang, petugas membuat laporan penerimaan dan pengeluaran barang dari
gudang farma
DAFTAR PUSTAKA
Btb,Fauzi.2014.Sistem Distribusi Obat
Dirumah Sakit.http://ilmu-kefarmasian.blogspot.com/2014/03/sistem-distribusi-obat-di-rumah-sakit.html.
diakses pada 21 Mei 2015 pukul 13.30.
Mast.2014.Pengelolaan Obat di Puskesmas.http://www.artikelfarmasi.com/2014/10/pengelolaan-obat-di-puskesmas.html. diakses
pada 21 Mei 2015 pukul 13.50 wita.
Mahyudin, Edy. 2009. Konsep Kesehatan
Keperawatan Komunitas. http://tugassekolahonline.blogspot.com/2009/02/konsep-keperawatan-kesehatan-komunitas.html.
Diakses pada 20 Mei 2015 pukul 14.45 wita.
Depkes.2013.Peraturan Menteri
Kesehatan(online).www.hukor.depkes.go.id.
Diakses pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 15.15 wita.