TUGAS
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
KAJIAN
PENYAKIT INFEKSI ENDEMIK:
SARS
DAN FLU BURUNG
OLEH :
NI KADEK YUNI INDRASARI (PO7120014008)
NI WAYAN IKA ARI ASTUTI (PO7120014011)
NI KADEK SUSANTI (PO7120014014)
NI KADEK AYU SUANDARI (PO7120014027)
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan tuntunan-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kajian Penyakit Infeksi
Endemik: SARS dan Flu Burung” tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari sempurna.
Mengingat banyaknya kekurangan yang penulis miliki, baik dari segi isi,
penyajian maupun penulisan itu sendiri. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan pendapat, saran dan kritik
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menjadi
inspirasi dan memberikan manfaat bagi kita semua.
Denpasar, 3 September 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang.......................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah..................................................................... 2
1.3.
Tujuan
Penulisan....................................................................... 3
1.4.
Manfaat
Penulisan.................................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Sars................................................................................ 5
2.2. Sejarah Penyakit Sars.................................................................. 5
2.3. Cara Penyebaran Virus Sars........................................................ 6
2.4. Penyebab Penyakit Sars.............................................................. 6
2.5. Gejala Penyakit Sars................................................................... 6
2.6. Penanganan pada Penyakit Sars................................................. 7
2.7. Cara Pencegahan Penyakit Sars.................................................. 7
2.8. Definisi Flu Burung.................................................................... 7
2.9. Penularan Flu Burung................................................................. 8
2.10. Gejala Flu Burung..................................................................... 9
2.11. Epidemiologi Flu Burung......................................................... 10
2.12. Pencegahan Flu Burung............................................................ 18
2.13. Penanggulangan Flu Burung..................................................... 24
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan..................................................................................... 25
3.2. Saran........................................................................................... 26
DAFTAR
PUSTAKA....................................................................... 27
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Endemik adalah suatu keadaan dimana
penyakit secara menetap berada dalam masyarakat pada suatu tempat / populasi
tertentu. Epidemik ialah mewabahnya penyakit dalam komunitas / daerah tertentu
dalam jumlah yang melebihi batas jumlah normal atau yang biasa. Sedangkan pandemik ialah epidemik yang
terjadi dalam daerah yang sangat luas dan mencakup populasi yang banyak di
berbagai daerah / negara di dunia.
Suatu infeksi dikatakan sebagai endemik
pada suatu populasi jika infeksi tersebut berlangsung di dalam populasi
tersebut tanpa adanya pengaruh dari luar. Suatu infeksi penyakit
dikatakan sebagai endemik bila setiap orang yang terinfeksi penyakit tersebut
menularkannya kepada tepat satu orang lain (secara rata-rata). Bila infeksi
tersebut tidak lenyap dan jumlah orang yang terinfeksi tidak bertambah secara
eksponsial, suatu infeksi dikatakan berada dalam keadaan tunak endemik
(endemic steady state) suatu infeksi yang dimulai sebagai
suatu epidemik pada akhirnya akan lenyap atau mencapai tunak endemik,
bergantung pada sejumlah faktor termasuk virotensi dan cara penulisan penyakit
bersangkutan. Sindrom pernafasan akut yang parah / Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) disebabkan oleh infeksi virus dan hadir
dengan gejala-gejala seperti flu (demam, sakit kepala, menggigil, dan sakit
otot) dan kesulitan bernafas, yang kadangkala menjadi parah. Infeksi tersebut
bisa jadi fatal.
Penyakit
SARS pertama kali ditemukan di kota Guangzhou, provinsi Guangdong, RRC, pada
bulan November 2002. Setelah berjangkit di Hong Kong pada bulan Februari lalu,
virus SARS kemudian merambah ke lebih 20 negara di empat benua dengan jumlah
penderita 2400 orang sedang korban yang tewas mencapi 800an orang. Sumber
penularan global ini bermula ketika seorang dokter asal Guangzhou bernama Prof.
dr. Liu Jianlun menginap di Hotel Metropole, Hongkong, setelah sebelumnya
menangani sejumlah pasien SARS di rumah sakit kotanya. Di hotel inilah kemudian
virus SARS menulari delapan tamu hotel yang menginap di lantai yang sama dengan
Prof. Liu, dua tamu di lantai lainnya dan seorang pengunjung melalui perantara
lift hotel. Jadi ketika mereka pulang atau pergi ke negara tujuan
masing-masing, yakni Singapura, Hanoi, Kanada, AS dan Irlandia, tanpa disadari
virus SARS sudah menyerang tubuh mereka. Selanjutnya penyakit ini menulari para
kerabat keluarga dan petugas kesehatan di rumah sakit mereka menginap hingga
kemudian menyebar ke ribuan tubuh manusia di seluruh dunia. Sedangkan penyakit flu burung atau
flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dan ditularkan oleh unggas. Penyakit flu
burung yang disebabkan oleh virus avian infuenza jenis H5N1 pada unggas
dikonfirmasikan telah terjadi di Republik Korea, Vietnam, Jepang, Thailand,
Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Sumber virus diduga
berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.
Pada
Januari 2004, di beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam
ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus
new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh
virus flu burung (Avian influenza (AI)). Jumlah unggas yang mati akibat wabah
penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275
ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa
Barat (1.541.427 ekor). Kehebohan
itu bertambah ketika wabah tersebut menyebabkan sejumlah manusia juga
meninggal. Pada tanggal 19 Januari 2004, pejabat WHO mengkonfirmasikan lima
warga Vietnam tewas akibat flu burung. Sementara itu di negara Thailand sudah
enam orang tewas akibat terserang flu burung, seorang remaja berusia 6 tahun
dipastikan menjadi orang Thailand pertama yang dikonfirmasi tewas akibat wabah
tersebut.
Seorang
Epidemiologis dari Pusat Pengawasan Penyakit Dr. Danuta Skowronski, mengatakan
bahwa 80% kasus flu burung menyerang anak-anak dan remaja. Tingkat kematian
akibat flu burung sangat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian atas 10 orang
yang terinfeksi virus flu burung di Vietnam, WHO menemukan bahwa dari 10 orang
yang terinfeksi 8 orang yang meninggal, seorang sembuh dan seorang lagi dalam
kondisi kritis. Dengan demikian,
pada bab selanjutnya akan dibahas tentang SARS dan flu burung.
1.2.Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
akan memberikan gambaran yang jelas mengenai pembahasan pada bab selanjutnya,
adapun rumusan masalahnya yakni sebagai berikut :
1. Apakah definisi dari penyakit sars ?
2. Jelaskan sejarah penyakit sars ?
3. Bagaiamana penyebaran virus pada sars ?
4. Jelaskan penyebab penyakit sars ?
5. Bagaimanakah gejala penyakit sars ?
6. Apakah tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars
?
7. Jelaskan cara pencegahan penyakit sars ?
- Apa definisi flu burung ?
- Bagaimana penularan kejadian flu burung?
- Apa gejala terjangkitinya kejadian flu burung?
- Bagaimana epidemiologi dari flu burung?
- Apa pencegahan untuk menghindari kejadian flu burung?
- Bagaimana penanggulangan dari kejadian flu burung?
1.3.Tujuan
1.
Untuk
mengetahui definisi dari penyakit sars.
2.
Untuk
mengetahui sejarah penyakit sars.
3.
Untuk
mengetahui penyebaran virus pada sars.
4.
Untuk
mengetahui penyebab penyakit sars.
5.
Untuk
mengetahui gejala penyakit sars.
6.
Untuk
mengetahui tindakan
yang dilakukan jika menemukan penderita sars.
7.
Untuk menjelaskan cara pencegahan
penyakit sars.
- Untuk mengetahui definisi dari
flu burung.
- Untuk mengetahui cara flu burung itu bisa menular.
- Untuk mengetahui gejala dari
flu burung.
- Untuk mengetahui gambaran
epidemiologi kejadian flu burung.
- Untuk mengetahui, memahami
serta dapat mengaplikasikan cara untuk mencegah kejadian flu burung.
- Untuk mengetahui dan memahami
cara penanggulangan flu burung.
1.4.Manfaat
1.
Agar
mampu memahami penyakit sars.
2. Agar mampu memahami sejarah penyakit sars.
3. Agar mampu memahami penyebaran virus pada sars.
4. Agar mampu memahami penyebab penyakit sars.
5. Agar mampu memahami gejala penyakit sars.
6. Agar mampu memahami tindakan yang dilakukan jika menemukan penderita sars.
7. Agar mampu memahami cara pencegahan
penyakit sars.
8. Agar mampu memahami definisi dari flu burung.
- Agar mampu
memahami bagaimana
flu burung itu bisa menular.
10. Agar mampu memahami gejala dari flu burung.
11. Agar mampu
memahami gambaran
epidemiologi kejadian flu burung.
12. Agar mampu
memahami dan mengaplikasikan cara
untuk mencegah kejadian flu burung.
13. Agar mampu
memahami cara
penanggulangan flu burung.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sars
Sars
(Severe acute respiratory syndrome atau kadang-kala severe Asian
respiratory syndrome) adalah sejenis penyakit pernafasan akut yang
mengakibatkan penyakit pada radang paru-paru (atypical pneumonia) . Sars adalah penyakit pernafasan akut yang
disebabkan oleh virus.
2.2 Sejarah Penyakit Sars
Kasus SARS
(Severe Acute Respiratory Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama
kali ditemukan di propinsi Guangdong ( China ) pada bulan November 2003. Adanya
kejadian luar biasa di Guangdong ini baru diberitakan oleh WHO empat bulan
kemudian yaitu pada pertengahan bulan Februari 2003. Pada waktu itu disebut
sebagai Atypical Pneumonia atau Radang Patu Atipik. Informasi WHO ini menjadi
dasar bagi DepKes untuk secara dini pada bulan Februari 2003 menginstruksikan
kepada seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP ) di Indonesia yang mengawasi
155 bandara, pelabuhan laut dan pos lintas batas darat untuk meningkatkan
kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah penangkalan yang perlu.
Pada
tanggal 11 Maret 2003, WHO mengumumkan adanya penyakit baru yang menular dengan
cepat di Hongkong, Singapura dan Vietnam yang disebut SARS.
Pada tanggal 15 Maret 2003 Direktur Jenderal WHO menyatakan bahwa SARS adalah
ancaman global atau Global Threat. Dengan adanya pernyataan itu, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia pada tangal 16 Maret 2003 segera berkoordinasi
dengan WHO dan menginformasikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Provinsi, Rumah
sakit Provinsi, KKP di seluruh Indonesia dan lintas sektor terkait untuk
mengambil langkah yang perlu bagi pencegahan penularan dan pencegahan
penyebaran SARS pada tanggal 17 Maret 2003. Pada waktu itu belum diketahui
apakah penyakit ini sama dengan Atypicak Pneumonia yang berjangkit di
Guangdong. pada bulan April 2003 barulah WHO memastikan bahwa Atypical
Pneumonia di Guangdong adalah SARS. Pertimbangan WHO menyatakan SARS sebagai ancaman global
adalah SARS merupakan penyakit baru yang belum dikenal penyebabnya, SARS
meneybar secara cepat melalui alat angkut antar negara dan SARS terutama
menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS telah mendorong berbagai
pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan penyebab SARS dan
memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari 13 laboratorium di
dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab SARS adalah Virus
Corona atau Coronavirus. Departemen Kesehatan secara dini dan sejak awal
pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan Penanggulangan SARS
dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan kematian akibat SARS dan
mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat (community transmission) di
Indonesia.
2.3 Cara Penyebaran Virus Sars
Virus bisa terbawa oleh cairan dan
menular pada orang lain. Sedangkan virus yang mampu bertahan di udara kering selama tiga jam
akan terbang di udara dalam bentuk debu . Salah satu cara penyebaran virus
penyebab SARS adalah melalui butiran-butiran halus cairan (droplet) berisi
virus yang berasal dari batuk-pilek penderita. Jadi Virus itu melayang-layang
di udara, tetapi berada dalam droplet itu, yang sementara saja melayang di
udara sebelum jatuh ke tanah.
2.4 Penyebab Penyakit Sars
Hingga saat ini virus utama penyebab
SARS masih belum diketahui secara pasti. Namun para ahli kesehatan dunia telah
menemukan dua jenis virus yang diduga kuat sebagai pelaku utama SARS, yakni Coronavirus dan virus Paramoxyviridae. Sebenarnya kedua virus ini
sudah lama ada tapi gejalanya tidak seganas dan separah seperti saat ini.
Coronavirus selama ini dikenal sebagai virus penyebab demam flu, radang
paru-paru dan diare, sedang virus Paramoxyviridae adalah penyebab para influenza. Kesimpulan sementara
virus penyebab SARS saat ini adalah virus baru hasil mutasi dari Coronavirus. Virus adalah parasit yang mudah
mengalami mutasi atau perubahan gen, dan biasanya terjadi apabila di dalam
tubuh terdapat dua virus yang bertukar materi. Faktor pemicu ganasnya hasil
mutasi virus diantaranya adalah lingkungan hidup yang mulai rusak oleh manusia,
jumlah penduduk dunia yang semakin banyak dan tentu saja perkembangan ilmu
kedokteran di bidang virus (virulogi) yang bertambah maju. Seperti halnya
manusia yang berupaya segala cara untuk bertahan hidup, begitu pula para virus
yang beradaptasi supaya tetap dapat hidup walaupun harus dengan menyerang
manusia sekalipun.
2.5 Gejala Penyakit Sars
Gejala-gejala SARS antara lain :
·
Sakit
kepala,
·
Batuk,
·
Sesak
napas seperti asma,
·
Bersin,
·
Demam
dengan suhu badan tinggi lebih dari 38 derajat Celcius,
·
Nyeri
otot dan persendian serta
·
Sakit di dada terutama saat bernapas.
2.6 Penanganan Pada Penderita Sars
Apabila
mengalami gejala atau keluhan seperti di atas maka tindakan yang harus
dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah sakit. Tindakan yang sama juga
perlu dilakukan terhadap teman atau keluarga kita yang pernah mengunjungi
tempat terdapatnya wabah SARS atau berdekatan dengan penderita SARS dalam waktu
sebulan terakhir. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari semakin parahnya
infeksi virus pada tubuh penderita. Karena apabila penyakit tidak ditangani
dengan baik maka kondisi bagian tubuh yang diserang, yakni paru-paru, makin
bertambah berat rusaknya. Keadaan pasien yang semula mengalami radang paru
dapat berlanjut ke kondisi gagal napas yang berat karena paru sudah tidak dapat
berfungsi sebagai alat pernapasan yang menerima oksigen dan membuang karbon
dioksida.
2.7 Cara Pencegahan Penyakit Sars
Cara Pencegahan paling utama adalah dengan
tidak mengunjungi wilayah yang sudah terjangkiti SARS, seperti negara
yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak perlu, karena sebagian besar
infeksi terjadi di sini. Sebisa
mungkin hindari berdekatan dengan penderita SARS atau penderita bergejala sama,
dan apabila tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta sarung tangan .
Namun , yang terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya
tahan tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok
dan hidup secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah
melakukan aktivitas.
.
2.8 Definisi Flu Burung
Flu burung adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus influenza tipe A dari Family Orthomyxomiridae. Virus ini
dapat menimbulkan gejala penyakit pernafasan pada unggas, mulai dari yang
ringan (Low Pathogenic) Influensa A (H5N1) merupakan penyebab wabah flu burung
yang sangat mematikan di Hongkong, Vietnam, Thailand, Indonesia dan
Jepang.Penyebab flu burung adalah virus influenza tipe A . Virus influenza
termasuk famili Orthomyxoviridae. Virus influenza tipe A dapat
berubah-ubah bentuk (Drift, Shift), dan dapat menyebabkan epidemi
dan pandemi. Virus influenza tipe A terdiri dari Hemaglutinin (H) dan
Neuramidase (N), kedua huruf ini digunakan sebagai identifikasi kode subtipe
flu burung yang banyak jenisnya. Pada manusia hanya terdapat jenis H1N1, H2N2,
H3N3, H5N1, H9N2, H1N2, H7N7. Sedangkan pada binatang H1-H5 dan N1-N9. Strain
yang sangat virulen/ganas dan menyebabkan flu burung adalah dari subtipe A
H5N1. Virus tersebut dapat bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 0C
dan lebih dari 30 hari pada 00C. Virus akan mati pada pemanasan 600 0C.
selama 30 menit atau 560 C selama 3 jam dan dengan detergent, desinfektan
misalnya formalin, serta cairan yang mengandung iodine.
2.9 Penularan Flu Burung
Masa inkubasi (saat penularan sampai
timbulnya penyakit) avian influensa adalah 3 hari untuk unggas. Sedangkan untuk
flok dapat mencapai 14-21 hari. Hal itu tergantung pada jumlah virus, cara
penularan, spesies yang terinfeksi dan kemampuan peternak untuk mendeteksi
gejala klinis (berdasarkan pengamatan klinik). Unggas (ayam, burung dan itik)
merupakan sumber penularan virus influenza. Untuk unggas air lebih
kebal(resistensi) terhadap virus avian influenza darpada unggas peliharaan.
Sedangkan burung kebanyakan dapat juga terinfeksi, termasuk burung liar dan
unggas air. Flu burung merupakan infeksi oleh virus influenza A subtipe H5N1 (H
= Hemagglutinin; N = Neuraminidase), sampai saat ini tidak ditemukan bukti
ilmiah adanya penularan antar manusia. Tetapi pada keadaan sekarang ini virus
flu burung belum mengalami mutasi pada manusia yang dapat mengakibatkan
penyebaran dari manusia ke manusia.
Flu burung menular dari unggas ke
unggas, dan dari unggas ke manusia, Penyakit ini dapat menular melalui udara
yang tercemar virus H5N1 yang berasal dari kotoran atau sekreta burung/unggas
yang menderita flu burung. Penularan dari unggas ke manusia juga dapat terjadi
jika manusia telah menghirup udara yang mengandung virus flu burung atau kontak
langsung dengan unggas yang terinfeksi flu burung. Sampai saat ini belum ada
bukti yang menyatakan bahwa virus flu burung dapat menular dari manusia ke
manusia dan menular melalui makanan.
Virus flu burung hidup di dalam
saluran pencernaan unggas. Kuman ini kemudian dikeluarkan bersama kotoran, dan
infeksi akan terjadi bila orang mendekatinya. Penularan diduga terjadi dari
kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan. Bila tidak segera
ditolong, korban bisa meninggal. Seperti halnya influensa, flu burung ini
sangat mudah bermutasi.
Flu burung (H5N1) dapat menyebar
dengan cepat diantara populasi unggas dengan kematian yang tinggi. Bahkan dapat
menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah lain. Orang yang
mempunyai resiko besar untuk terserang flu burung (H5N1) ini adalah pekerja
peternakan unggas, penjual dan penjamah unggas.
Saat ini, strain yang paling virulen
penyebab flu burung adalah strain H5N1. Dari hasil studi yang ada menunjukkan,
unggas yang sakit (oleh Influenza A H5N1) dapat mengeluarkan virus dengan
jumlah besar dalam kotorannya. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit,
virus dapat bertahan lebih lama, tapi mati pada pemanasan 600 derajad celcius
selama 30 menit. Virus ini sendiri mempunyai masa inkubasi selama 1–3 hari.
Flu burung menular dari unggas ke
unggas, dan dari unggas ke manusia,
melalui air liur, lendir dari hidung dan feces. Virus flu burung hidup di dalam
saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus
ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus
influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama
kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus
kepada manusia. Cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan
diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.
2.10
Gejala
Flu Burung
Gejala flu burung dapat dibedakan pada unggas dan manusia.
a) Gejala pada unggas.
- Jengger
berwarna biru,
- Borok
di kaki,
- Kematian
mendadak.
b) Gejala pada manusia.
- Demam
(suhu badan diatas 38 0C),
- Batuk
dan nyeri tenggorokan,
- Radang
saluran pernapasan atas,
- Pneumonia,
- Infeksi
mata,
- Nyeri
otot.
Masa Inkubasi
- Pada
Unggas : 1 minggu
- Pada
Manusia : 1-3 hari , Masa
infeksi 1 hari sebelum sampai 3-5 hari
sesudah timbul gejala. Pada anak sampai 21 hari .
Secara umum,
gejala klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu
demam, sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas,
dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan
di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik
dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, setiap kasus flu yang menderita
pneumonia dengan faktor risiko kontak dengan burung pada daerah yang sedang
terjadi KLB unggas “flu burung” (kasus probable) perlu diambil spesimennya
untuk pembuktian laboratorium.
Flu burung banyak menyerang
anak-anak di bawah usia 12 tahun. Hampir separuh kasus flu burung pada manusia
menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak belum begitu kuat.
Padahal, penyakit ini belum ada obatnya. Penderita hanya akan diberi untuk
meredakan gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau
pusing. Obat-obatan itu hanya meredam gejalanya, tapi tidak mengobati.
Kemampuan virus flu burung adalah
membangkitkan hampir keseluruhan respon “bunuh diri” dalam sistem imunitas
tubuh manusia. Semakin banyak virus itu tereplikasi, semakin banyak pula
sitoksin–protein yang memicu untuk peningkatan respons imunitas dan memainkan
peran penting dalam peradangan yang diproduksi tubuh. Sitoksin yang membanjiri
aliran darah, karena virus yang bertambah banyak, justru melukai
jaringan-jaringan dalam tubuh.
Gejala klinis dari 10 kasus Avian
influenza pada manusia di Vietnam adalah sebagai berikut: Demam lebih dari
38ºC, sulit bernapas dan batuk adalah gambaran utama. Seluruh pasien mengalami
limfopenia dan gambaran abnormalitas foto toraks. Tidak ada pasien yang
terlihat sakit leher, konjungtivitis, hidung kemerahan dan berair. Diare dengan
feses cair terlihat pada setengah dari kasus. Delapan pasien meninggal, dan dua
sembuh. (Berita Buana, 2004)
Diagnosis kasus flu burung pada manusia yang dipastikan oleh
WHO adalah seperti:
- Kultur
virus influenza subtipe A (H5 N1) positif, atau
- PCR
influenza (H5) positif, atau
- Peningkatan
titer antibodi H5 sebesar 4 kali. (WHO. 2004)
2.11
Epidemiologi
Flu Burung
A. Epidemiologi Distribusi Menurut
Orang
Munculnya kasus flu burung pada
manusia di Indonesia merupakan suatu hal yang harus diwaspadai. Pada unggas
penyakit ini sudah dikenal > 100 tahun yang lalu, tapi 7 tahun terakhir
penyakit ini bisa menular pada manusia. Tahun 2005, dilaporkan terjadi kasus
flu burung pada manusia untuk pertama kali di Indonesia. Hal ini berdampak
sisoal yang cukup besar di samping kekhawatiran risiko penularan pada manusia
juga pada perekonomian Indonesai di mana usaha peternakan unggas dari skala
rumah tangga hingga industri terkena dampaknya.
Yang lebih mengkhawatirkan
adalah kemungkinan terjadinya Pandemi Influenza di dunia yang
menurut WHO tinggal menunggu waktu saja. Data WHO menunjukkan bahwa pertambahan
kasus baru daru waktu ke waktu semakin bertambah terutama di Indonesia dan
Vietnam. Sedangkan dari kasus yang tercatat 50% di antaranya menginggal dunia
(CFR 50% / separuh pasien flu burung meninggal karena penyakit ini ).
Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah mengambil langkah penting
untuk mengantisipasinya, kita sebagai warga masyarakat dan organik Departemen
Pertahanan juga harus mengambil sikap serta turut berperan dalam penanggulangan
masalah merebaknya kasus flu burung di Indonesia.
Skenario menakutkan yang sedang
dikaji Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ini mengingatkan dunia soal wabah flu
Spanyol tahun 1918-1919. Saat itu virus flu muncul dan menyebar ke seluruh
dunia hanya dalam waktu enam bulan. Serangan ini telah mengakibatkan 40 juta
orang meninggal dunia. Dua kasus pandemi flu lainnya juga pernah meledak tahun
1957 dan 1968. Pandemi tahun 1957 menewaskan empat juta orang dan pandemi 1968
menewaskan dua juta orang.
Kasus Flu Burung dalam perkembangan,
bukan menyerang pada unggas saja, tetapi juga menyerang manusia. Pada Tahun
1997, 18 orang di Hongkong diserang flu burung, 6 orang meninggal dunia.
Sementara data WHO yang telah dikonfirmasi untuk tahun 2003 di Vietnam
ditemukan tiga kasus pada manusia dan ketiganya meninggal dunia ( angka
kematian 100 % ), tahun 2004 kasus di Vietnam bertambah 29 kasus ( 20 meninggal
), ditahun yang sama negara Thailand ada kasus Flu Burung pada manusia sebanyak 17 penderita (12
Penderita meninggal dunia). Tahun 2005 : Vietnam 61 penderita (19 Meninggal
Dunia), Indonesia 16 Penderita (11 meningal Dunia), Thailand 5 penderita ( 2 Meninggal Dunia ),
China 7 penderita ( 3 Meninggal Dunia ), Kamboja 4 penderita ( 4 meninggal
dunia ) dan Turki 2 penderita dan keduanya meiniggal dunia.
Sementara penyebaran virus tersebut
pada manusia di Indonesia sejak bulan Juli Tahun 2005 hingga 12 April 2006
telah ditemukan 479 kasus kumulatif yang dicurigai sebagai flu burung pada
manusia, dimana telah ditemukan 33 kasus konfirm flu burung, 24 diantaranya
meninggal dunia. 115 Kasus masih dalam penyelidikan (36 diantaranya meninggal
dunia), sementara yang telah dinyatakan bukan flu burung sebanyak 330 kasus.
Sampai tanggal 30 Desember 2005,
sebanyak 142 kasus infeksi influensa unggas pada manusia telah dilaporkan dari
berbagai wilayah. Pada saat itu penularan pada manusia masih terbatas di
Kamboja, Indonesia, Thailand, dengan episenter di Vietnam (65,5% dari seluruh
kasus), Sebanyak 72 orang (50,7%) telah meninggal. Jumlah tersebut kini sudah
bertambah lagi terutama dengan meluasnya penyebaran dan bertambahnya kematian
di Indonesia. Juga dari beberapa negara lain (Turki, Irak) sudah ada laporan
tentang kasus influensa unggas ini pada manusia.
B. Epidemiologi Distribusi
Menurut Waktu
Flu burung sudah terjadi sejak
1960-an. Berikut kilasannya:
Ø Tahun 1968:
Penularan virus influenza asal
unggas ke manusia sudah dilaporkan sejak 1968.
Ø Tahun 1997:
Flu burung
pertama kali melewati “halangan spesies” dari unggas ke manusia. Sebelumnya,
flu ini hanya menyerang burung, bukan manusia. Pertama kali muncul di Hongkong
dengan 18 orang dirawat di rumah sakit dan enam orang diantaranya meninggal
dunia, kemudian menyebar ke Vietnam dan Korea. Jenis yang diketahui menjangkiti
manusia adalah influenza A sub jenis H5N1.
Ø Tahun 1999:
Satu
varian dari H5N1 yang disebut H9N2, kembali mengguncang Hongkong dengan
menginfeksi dua orang.
Ø 20 Mei 2001:
Untuk
mencegah penyebaran flu burung, 40 ribu ekor ayam dimusnahkan di Hongkong dengan
menggunakan karbondioksida.
Ø 7 Februari 2002:
Ratusan
ribu ekor ayam dan itik dimusnahkan di Hongkong. Pemerintah setempat meminta
penjualan dan impor ayam dihentikan, menyusul merebaknya wabah flu burung.
Sejak saat itu pula, H5N1 mulai menyebar di luar teritorialnya.
Ø April 2003:
Penyakit flu burung mewabah di
Belanda.
Ø Nopember 2003:
Tujuh juta
ekor ayam dimusnahkan di Thailand. Sekitar 4,7 juta ayam di Indonesia mati, 40
persen diantaranya terkena virus flu burung dan virus New Castle.
Ø Desember 2003:
Virus ini kembali menunjukkan
aksinya di Hongkong dan memakan satu korban.
Ø 22 Desember 2003:
Virus flu
burung menyerang unggas di Korea Selatan. Kasus flu burung yang pertama di
Korsel, ini ditemukan di peternakan itik dekat Kota Eumseong. Korea Selatan
yang sedang berusaha mengatasi penyakit flu burung (bird flu) yang tingkat
penyebarannya tinggi, menyetujui langkah-langkah untuk menahan perkembangan
penyakit tersebut dan membatasi dampaknya pada industri peternakan. Virus itu,
yang dapat mematikan manusia, muncul di antara ayam-ayam di kandang peternakan
sekitar 80 km (50 mil) tenggara ibukota Seoul.
Ø 24 Desember 2003:
Pemerintah
Korea Selatan memusnahkan sekitar 600 ribu ekor ayam dan itik akibat
menyebarnya virus H5N1, penyebab flu burung.
Ø Sepanjang 2003:
Ditemukan
dua kasus di Hongkong dengan satu diantaranya meninggal. Kedua kasus itu
mempunyai riwayat perjalanan dari Cina. Virus yang ditemukan adalah Avian
Influenza A (H5N1). Ditemukan 83 kasus pada pekerja peternakan di Netherland,
termasuk keluarganya dengan satu diantaranya meninggal. Virus yang ditemukan
adalah Avian Influeza A (H7N7). Ditemukan seorang anak tanpa kematian di
Hongkong terserang virus Avian Influenza A (H9N2).
Ø Januari 2004:
Penyakit
flu burung menyebar sampai Jepang, Korea Selatan, Vietnam dan Thailand dengan
satu identifikasi mereka menyebar dari Kamboja, Hongkong dan Taiwan.
Ø 13 Januari 2004:
Flu burung
menewaskan jutaan ayam di Korea Selatan, Vietnam dan Jepang. Para
peternak di Thailand mengatakan, ribuan ayam telah tewas karena sakit. Tapi
sampai sekarang, belum dikonfirmasikan apakah peristiwa itu disebabkan flu
burung. Hongkong dan Kamboja telah melarang impor ayam dari negara-negara
yang telah terkena wabah itu. WHO menegaskan, tidak ada bukti flu burung
menyebar dari orang ke orang, seperti kasus virus SARS. Wabah flu
burung menyebar cepat di Vietnam, ketika satu juta ayam tewas. Para peternak
Vietnam pun diperintahkan untuk membunuh semua ayam yang sakit. Sementara itu,
para pejabat di Jepang mengatakan, enam ribu ayam tewas karena virus flu burung
dan ribuan ayam akan dibasmi. Ribuan ayam juga mati karena virus flu burung di
Korea Selatan.
Ø 14 Januari 2004:
Penyebaran
flu burung juga sudah mencapai Jepang dan merajelala di kawasan 800 kilometer
sebelah barat daya Tokyo. Enam ribu ekor ayam di kawasan itu mati akibat virus
dan 30 ribu ekor lainnya terpaksa dibinasakan pada hari-hari mendatang. Badan
Penyakit Hewan Sedunia (OIE) mengirim tim peneliti ke Asia guna menyelidiki
penyakit flu burung yang telah menghancurkan industri peternakan ayam di
sejumlah negara Asia. OIE mengatakan, penelitian dilakukan di Vietnam di mana
Badan Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan, wabah Flu Burung telah menewaskan
dua orang anak dan seorang dewasa. RRC menyatakan, negara itu bebas dari
Flu burung.
Ø 15 Januari 2004:
WHO
mengatakan, flu burung yang menyebar di peternakan ayam di Asia telah
menewaskan sedikitnya tiga orang di Vietnam, tapi dilaporkan virus itu belum
menyebar ke manusia.
Ø 16 Januari 2004:
Empat
orang yang tewas di Vietnam dikonfirmasikan terkena flu burung.
Kebanyakan ahli meyakini, transmisi penyakit ini berasal dari burung ke manusia
dan bukan dari manusia ke manusia.
Ø 17 Januari 2004:
Dua juta unggas di Vietnam
dimusnahkan akibat terjangkit virus flu burung.
Ø 18 Januari 2004:
WHO mengumumkan
tewasnya empat orang akibat virus flu burung. Sehingga, jumlah korban akibat
virus itu menjadi 16 -salah satunya adalah bocah lima tahun asal Provinsi Nam
Dinh, 60 mil selatan Hanoi.
Ø 20 Januari 2004:
WHO karena
‘kekhawatiran yang terus meningkat’ atas kasus ini, mengerjakan vaksin baru
untuk melindungi penduduk dari flu burung. Delapan belas kota dan
propinsi di wilayah Vietnam selatan dan utara telah terjangkit wabah flu
burung. Wabah itu telah menginfeksi sekitar 2,3 juta unggas dari total 245
hewan unggas, kebanyakan ayam, di seluruh negeri itu.
Ø 21 Januari 2004:
Tiga orang
di Thailand sedang diperiksa untuk mengetahui apakah mereka terkena influenza
jenis avian, yang menewaskan sedikitnya lima orang di Vietnam. Selama
berhari-hari Thailand berkeras, penyakit yang melanda unggas di negara itu
bukan disebabkan virus avian, meski dilakukan pembantaian unggas. Jepang
bergerak cepat dengan mengenakan larangan sementara mengimpor ayam dari
Thailand dengan menyebutnya sebagai langkah pencegahan untuk memastikan
keamanan makanan. Berita ini membuat harga saham perusahaan eksportir Ayam di
bursa Thailand turun sekitar 7 persen. Kementerian Kesehatan Thailand
membenarkan bahwa di dalam wilayahnya terdapat 3 kasus flu burung. WHO
mengatakan, khawatir virus itu bisa bermutasi menjadi bentuk yang lebih
berbahaya saat menyebar di wilayah.
Ø 22 Januari 2004:
Perdana
Menteri Thailand Thaksin Shinawatra mengatakan, di wilayah Thailand kemungkinan
besar terdapat pasien flu burung. Di Thailand ditemukan lagi dua kasus baru flu
burung yang tercurigai, kedua pasien itu sudah dikarantina lembaga bersangkutan
di Thailand. Sejak November 2003, ayam dalam jumlah besar mati di Thailand,
tapi pemerintah Thailand selalu menyangkal berjangkitnya flu burung di
negerinya. Departemen kesehatan Thailand mengakui sedang menyelidiki apakah
tiga orang -antara lain seorang anak berusia tujuh tahun dan peternak ayam –
menderita jenis manusia penyakit burung.
Ø 23 januari 2004:
Menteri
Kesehatan Thailand Sudarat Keyuraphan mengatakan, Thailand mengkonfirmasi bahwa
dua anak laki-laki telah didiagnosa terkena virus flu burung H5N1.
Dikatakannya, kedua anak laki-laki itu masing-masing berusia 7 dan 6 tahun.
Kedua anak itu pernah berkontak dengan unggas sebelum menginap penyakit.
Dikabarkan, sekarang di Thailand masih terdapat sedikitnya 4 pasien flu burung
tercurigai yang dikarantina dan diobati. Komisi Uni Eropa mengumumkan larangan
impor unggas dari Thailand beserta produk terkait. Lima belas negara Uni Eropa
dan Jepang, menahan pengiriman ayam dari Thailand. Korea Selatan, Singapura dan
Taiwan juga termasuk negara yang melarang impor ayam dari Thailand. Sejumlah
negara juga akan melakukan pembatasan impor, yang dipastikan akan mengurangi
pendapatan peternak Thailand. Pejabat Kementerian Kehutanan dan Perikanan
Kamboja mengatakan, di sebuah perkebunan peluaran kota Phnom Penh berjangkit
wabah flu burung.
Ø 24 Januari 2004:
PBB
memperingatkan, flu burung lebih berbahaya dari SARS, karena kemampuan virus
ini yang mampu membangkitkan hampir keseluruhan respon bunuh diri dalam sistem
imunitas tubuh manusia.
Ø 26 Januari 2004:
Pemerintah melakukan tes Hemasglutimasi Inhibisi (HI)
atau pemeriksaan dengan antiserum pada unggas untuk mengetahui subtipe virus
avian influenza (AI) yang telah menyebabkan kematian 4,7 juta ekor ayam di
Indonesia sejak Agustus 2003. Tes
dilakukan untuk membuktikan apakah virus AI termasuk jenis yang bisa menular
pada manusia atau yang dikenal dengan sebutan flu burung yang kini sedang
mewabah di sejumlah negara Asia. Pemerintah melalui Departemen Pertanian akan
mengimpor 40 juta dosis vaksin dari Inggris dan Australia untuk membuktikan
sekitar 4,7 juta ekor ayam yang mati di beberapa daerah di Indonesia sejak
Agustus 2003 terkena flu burung atau tidak. Wabah penyakit flu burung yang
sesungguhnya telah menyerang perunggasan nasional sejak Agustus 2003 lalu kini
resmi diakui oleh pemerintah. Penyebab wabah penyakit tersebut adalah virus
Avian Influenza (AI) tipe A dan dinyatakan pula telah membunuh 4,7 juta ayam di
Indonesia. Empat orang dinyatakan meninggal akibat wabah flu burung yang
melanda Vietnam. Flu burung juga terdeteksi di Pakistan. Merebaknya flu burung,
membuat peternak unggas di Bali mengisolasi diri. Ribuan ayam dipotong dan
dibakar di Pulau Bali, salah satu daerah yang paling parah dilanda wabah flu
burung. Jepang menghentikan impor unggas dan produk terkait dari Indonesia
berhubung sudah terjadi epidemi flu burung di Indonesia. Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor ternyata sudah mampu memproduksi vaksin antivirus
avian influenza (AI) atau flu burung sejak 2002.
Ø 27 Januari 2004:
Para
pejabat kesehatan Kamboja melaporkan dua warganya dinyatakan positif terjangkit
virus flu burung. Namun, tiga orang yang sebelumnya dilaporkan positif terkena
virus flu burung, dinyatakan bebas dari infeksi virus tersebut.
Ø 29 Januari 2004:
Pemerintah
menetapkan flu burung sebagai bencana darurat nasional dan meminta persetujuan
DPR untuk pengucuran dana sebesar Rp. 212 milyar untuk penanggulangannya.
Pemerintah juga akan memusnahkan hewan dan unggas lain yang positif terkena
virus Avian Influensa.
Ø 30 Januari 2004:
Dalam dua
pekan terakhir ini beredar vaksin ilegal flu burung atau avian influenza di
kalangan peternak ayam di Kota Banyumas, Jawa Tengah. Para peternak terpaksa
membeli vaksin tersebut karena khawatir dengan meluasnya wabah flu burung.
Sementara vaksin resmi dari pemerintah sulit diperoleh. Jelas tampak pada
Januari 2004, terjadi KLB unggas di beberapa daerah di Indonesia yang ditandai
dengan banyaknya ternak unggas terserang flu burung dengan risiko kematian.
Walau belum teridentifikasi adanya serangan virus itu dari unggas kepada
manusia, tetap perlu diwaspadai dengan menyelenggarakan suatu surveilans khusus
di daerah yang dilaporkan sedang berjangkit KLB unggas “flu burung” sampai
keadaan kembali normal.
Untuk
mengidentifikasi adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia,
mendapatkan gambaran epidemiologi KLB flu burung ke manusia dan membuktikan
tidak adanya penularan virus flu burung dari unggas ke manusia di setiap daerah
di Indonesia, pemerintah melakukan surveilans epidemiologi (Surveilans
Epidemiologi Flu Burung di Indonesia: Daerah di Indonesia yang sedang
berjangkit KLB unggas “flu burung” itu adalah seluruh Jawa, Lampung, Bali,
Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat. Untuk memastikan tidak terjadinya
serangan virus itu kepada manusia, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
bekerja sama dengan US NAMRU-2, menerima spesimen-spesimen untuk diverifikasi
dan dikirimkan ke Atlanta, Amerika Serikat – laboratorium rujukan (Pedoman
Pengambilan dan Pengiriman Spesimen yang Berhubungan dengan Flu Burung oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan
C. Epidemiologi Distribusi Menurut
Tempat
Di Indonesia Virus Influensa tipe A
subtipe H5N1 tersebut diatas menyerang ternak ayam sejak bulan Oktober 2003 s/d
Februari 2005, akibatnya 14,7 juta ayam mati. Pada akhir tahun 2003 di sejumlah
Negara telah tertular penyakit influensa pada unggas dan bersifat mewabah (pandemi)
seperti Korsel, Jepang, Vietnam, Thailand, Taiwan, Kamboja, Hongkong, Laos, RRC
dan Pakistan termasuk Indonesia. Data terakhir menunjukkan bahwa sebanyak 139
kabupaten/kota di 22 Propinsi telah tertular (dan menjadi daerah endemis) Avian
Influenza, yaitu Jabar, Banten, DKI Jakarta, Bali, NTB, NTT, Lampung, Sumsel,
Bengkulu, Bangka Belitung, Sumbar, Jambi, Sumut, Kalbar, Kalteng, Kalsel,
Kaltim, Sulsel dan Sultra. Penyakit ini menimbulkan kematian yang sangat tinggi
(hampir 90%) pada beberapa perternakan dan menyebabkan kerugian ekonomi yang
besar bagi peternak.
Pada umumnya virus flu burung, avian
influenza, tidak menyerang manusia. Tapi beberapa tipe terbukti dapat menyerang
manusia atau suatu tipe tertentu dapat mengalami mutasi lebih ganas dan menyerang
manusia. Sampai dengan 6 Februari 2004, didapat 20 orang terserang flu burung
(15 di Vietnam dan 5 di Thailand), 16 diantaranya meninggal dunia (11 di
Vietnam dan 5 di Thailand): Case Fatality Rate = 80 persen. Kejadian ini
menimbulkan ketakutan, penderita flu burung akan meningkat jadi pandemi,
seperti yang terjadi satu abad lalu.
2.12
Pencegahan
Flu Burung
a. Pada Unggas:
1. Pemusnahan unggas/burung yang
terinfeksi flu burung
2. Vaksinasi pada unggas yang sehat
b. Pada Manusia :
1. Kelompok berisiko tinggi (
pekerja peternakan dan pedagang)
a) Mencuci tangan dengan desinfektan
dan mandi sehabis bekerja.
b) Hindari kontak langsung dengan ayam
atau unggas yang terinsfeksi flu burung.
c) Menggunakan
alat pelindung diri. (contoh : masker dan pakaian kerja).
d) Meninggalkan
pakaian kerja ditempat kerja.
e) Membersihkan
kotoran unggas setiap hari.
f) Imunisasi
2. Masyarakat umum
a) Menjaga
daya tahan tubuh dengan memakan makanan bergizi & istirahat cukup.
b) Mengolah unggas dengan
cara yang benar, yaitu :
Ø
Pilih
unggas yang sehat (tidak terdapat gejala-gejala penyakit pada tubuhnya)
Ø
Memasak
daging ayam sampai dengan suhu ± 800C selama 1 menit dan pada telur sampai
dengan suhu ± 640C selama 4,5 menit.
Burung dan
unggas yang terinfeksi (hidup atau mati) atau cairannya dapat membawa virus
avian influenza. Dengan demikian, kita seharusnya:
Ø Menghindari sentuhan dengan burung
dan unggas (hidup atau mati) serta cairannya.
Ø Bila Anda menyentuh mereka, cuci
tangan dengan sabun hingga bersih.
Ø Masaklah unggas dan produk telur
hingga matang sebelum dimakan.
Ø Ketika bepergian keluar Hong Kong,
hindari menyentuh burung atau unggas. Mereka yang bepergian dan kembali dari
area yang terjangkit, seharusnya kunjungi dokter sesegera mungkin bila mereka
memiliki gejala seperti flu. Katakan pada dokter akan sejarah perjalanan Anda
dan kenakan masker untuk mencegah penularan penyakit.
Cermati kebersihan setiap saat :
- Jagalah
tangan agar tetap bersih, sering mencuci tangan dengan sabun cair,
khususnya sebelum makan atau menyentuh hidung, mulut atau mata.
- Tutup
mulut Anda ketika batuk atau bersin dengan kertas tisu. Buanglah tisu yang
telah digunakan dengan tepat ke dalam tempat sampah yang tertutup,
kemudian cuci tangan secara keseluruhan hingga bersih.
- Tinggal
di rumah dan hindari bepergian ke tempat-tempat keramaian dengan aliran
udara yang buruk bila gejala seperti flu menjangkit.
Saat ini, tidak ada vaksinasi
efektif untuk mencegah avian influenza pada manusia. Ketahanan tubuh yang baik
membantu pencegahan infeksi (termasuk influenza). Hal ini dapat diraih melalui
diet yang seimbang, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup, mengurangi
stress dan tidak merokok.
Dari WHO Petunjuk bagi penduduk yang
tinggal di daerah yang tertular flu burung Penyebaran flu burung di daerah yang
tertular bisa dicegah:
- Orang
sebaiknya menghindari kontak dengan ayam, bebek dan unggas lainnya kecuali
sangat perlu. Ini adalah cara terbaik untuk mencegah infeksi oleh flu
burung.
- Anak
anak memiliki resiko yang lebih tinggi karena mungkin mereka bermain di
tempat di mana unggas berada. Ajarilah anak anak untuk mengikuti petunjuk
berikut:
·
Hindari
kontak dengan unggas jenis apapun, dengan bulu bulunya, kotoran maupun
limbahnya.
·
Jangan
memelihara unggas sebagai hewan kesayangan.
·
Cucilah
tangan dengan air dan sabun setiap sesudah bersentuhan dengan unggas.
·
Jangan
tidur di dekat tempat pemeliharaan unggas.
1. Jangan memindahkan unggas baik yang
hidup maupun yang mati dari satu tempat ke tempat lain, bahkan sekalipun anda
kira unggas tersebut sehat.
2. Menangani unggas di daerah tertular
harus dilakukan ditempat, tanpa memindahkannya ke luar dari area tersebut.
3. Jangan memasak unggas berasal dari
daerah tertular untuk makanan keluarga maupun hewan peliharaan anda.
Penyembelihan dan penanganan unggas tersebut untuk makanan adalah berbahaya.
4. Apabila anda secara tidak sengaja
kontak dengan unggas di daerah tertular, seperti misalnya menyentuh badan
unggas, feses atau kotoran unggas yang lain, atau berjalan di atas tanah di
mana ada kotoran unggasnya:
·
Cucilah
tangan sampai bersih memakai air dan sabun sesudah setiap kontak.
·
Lepaskan sepatu di luar rumah dan
dibersihkan.
·
Periksa
suhu tubuh anda sekali setiap hari selama 7 hari. Apabila anda demam ( di atas
37.5 derajat C),
periksakan diri anda ke dokter atau ke rumah sakit terdekat dengan segera.
1. Penanganan yang benar terhadap
unggas yang sakit, diduga karena flu burung atau unggas yang mati merupakan
kontrol yang penting untuk mencegah penyebaran penyakit.
2. Anak anak di jaga agar tidak
mendekati unggas yang sakit atau mati.
3. Apabila anda harus menangani unggas
yang mati atau sakit, pakailah alat pelindung, seperti masker, goggle
(pelindung mata), sepatu boot, sarung tangan. Apabila peralatan tersebut
tidak tersedia, gunakan kain/sapu tangan untuk menutup mulut dan hidung,
pakailah kaca mata, gunakan tas plastik sebagai sarung tangan dan pembungkus
sepatu dan mengikatnya pada pergelangan tangan dan kaki dengan karet. Pakailah
baju overall yang bisa dicuci.
4. Apabila anda baru pertama kali
mendapati unggas yang sakit atau mati dan tidak yakin situasinya, segera
beritahu petugas yang berwenang dan serahkan penangan unggas tersebut kepada
ahlinya. Dekontaminasi kebun atau kandang ayam akan membantu menghambat
penyebaran penyakit.
5. Apabila mungkin, mintalah jasa
petugas yang ahli untuk membantu dekontaminasi kebun atau kandang ayam.
6. Apabila hal itu tidak mungkin, dan
anda harus mengejakannya sendiri, pakailah perlengkapan untuk melindungi mata,
kepala, tangan, kaki dan bagian bagian lain yg tidak tertutup pakaian.
7. Unggas yang mati harus dikubur
dengan aman
8. Pembersihan yang efektif akan
menghilangkan bulu bulu atau feses yang tertinggal di kandang.
9. Virus flu bisa bertahan untuk sementara
waktu di bahan bahan organic, jadi melalui pembersihan total dengan deterjen
merupakan langkah yang amat penting. Semua bahan organic harus disingkirkan
dari kandang ayam sedapat mungkin.
10. Oleh karena
area terbuka (pekarangan) yang digunakan untuk memelihara unggas sulit untuk di
bersihkan ataupun didesinfeksi, unggas sebaiknya ditiadakan dari area tersebut
selama paling sedikit 42 hari untuk membiarkan radiasi ultraviolet menghacurkan
sisa sisa virus. Periode
pengosongan ini perlu diperpanjang pada musim dingin (hujan).
11. Penyemprotan
desinfektan pada tumbuh tumbuhan di pekarangan/kebun maupun pada tanah hampir
tidak ada gunanya, karena bahan kimia tersebut akan diinaktifkan oleh bahan
organic. Pengupasan
lapisan tanah biasanya tidak dianjurkan kecuali bila kontaminasi feses pada
tanah tersebut sangat berat. Unggas yang mati dan feses/kotorannya harus
dikubur.
12. Sedapat mungkin, mintalah bantuan
dari petugas peternakan setempat bagaimana cara mengubur bangkai unggas dengan
aman.
13. Pada waktu mengubur bangkai unggas
dan fesesnya, usahakan untuk tidak menimbulkan debu. Semprotlah terlebih dahulu
area penguburan dengan air untuk melembabkan. Kuburlah bangkai unggas dan
fesesnya dengan kedalaman paling sedikit 1 meter.
14. Setelah bangkai unggas telah dikubur
dengan benar, bersihkan seluruh area dengan seksama menggunakan deterjen dan
air. Virus flu relatif bisa dimatikan oleh berbagai jenis deterjen dan
desinfektan. Pakaian pelindung yang terkontaminasi harus ditangani dengan benar
atau dimusnahkan.
15. Setelah area dibersihkan, lepaskan
semua perlengkapan pelindung dan cucilah tangan dengan air dan sabun.
16. Cucilah pakaian menggunakan air
panas atau air sabun yang hangat. Jemurlah dibawah sinar matahari.
17. Letakkan sarung tangan bekas pakai
dan benda benda lain yg akan dimusnahkan ke dalam kantung plastik untuk
dimusnahkan dengan aman.
18. Bersihkan semua perlengkapan yang
bisa dipakai kembali seperti misalnya sepatu boot dan kaca mata pelindung
menggunakan air dan deterjen, tapi jangan lupa untuk mencuci tangan setelah
memegang benda benda tersebut.
19. Benda benda yang tidak dapat
dibersihkan dengan baik harus dimusnahkan.
20. Bersihkan badan/ mandi dengan air
dan sabun. Cucilah rambut juga.
21. Hati - hati untuk tidak menyentuh lagi
pakaian atau benda yang terkontaminasi, atau mengotori lagi area yang telah
dibersihkan.
22. Yang paling penting, cucilah tangan
setiap selesai menangani benda benda yang terkontaminasi. Alas
kaki/sepatu juga harus didekontaminasi.
23. Setelah berjalan di area yang
mungkin terkontaminasi ( misalnya: peternakan, pasar, kebun tempat memelihara
ayam), bersihkan sepatu sebaik mungkin menggunakan air dan sabun.
24. Pada saat membersihkan sepatu,
berhati hati agar tidak ada kotoran yang terpercik ke wajah atau ke baju.
Pakailah kantong plastik untuk melindungi tangan, lindungi mata dengan kaca
mata atau goggles, tutuplah hidung dan mulut dengan kain/ saputangan.
1. Tinggalkan sepatu dan sepatu boot di
luar rumah sampai kita merasa yakin sepatu tersebut sudah benar benar bersih.
Orang orang yang menderita gejala flu/pilek sebaiknya lebih berhati hati.
2. WHO percaya bahwa sangatlah penting
untuk mencegah penyebaran flu manusia pada area yang terkena flu burung.
Apabila flu manusia dan flu burung saling kontak, ada resiko terjadinya
pertukaran materi genetis yang bisa menimbulkan terbentuknya jenis virus baru.
3. Setiap orang yang sedang menderita
flu/pilek haruslah berhati hati dengan kotoran dari hidung(ingus) dan mulutnya
pada saat berada di sekitar orang lain, terutama anak anak, untuk mencegah
penularan flu manusia.
4. Tutuplah hidung dan mulut pada waktu
batuk atau bersin. Gunakan tissue dan dibuang setelah sekali pakai. Ajarkan
anak anak untuk melakukan hal ini juga.
5. Selalu mencuci tangan dengan air dan
sabun setiap sehabis menyentuh kotoran hidung atau mulut karena kotoran
tersebut bisa mengandung virus.
6. Anak anak cenderung untuk menyentuh
wajah, mata dan mulut dengan tangan yang masih kotor. Ajarkan pada anak anak
untuk mencuci tangan setelah batuk, bersih dan menyentuh benda benda yang
kotor.
7. Laporkan ke petugas kesehatan segera
dan konsultasikan ke ahli kesehatan apabila anda menderita demam dan atau
gejala seperti flu. Tindakan pencegahan bisa dilakukan apabila mengunjungi
teman/saudara yang dirawat di rumah sakit
8. Apabila anda mengunjungi pasien yang
menderita flu burung, ikuti petunjuk dari petugas rumah sakit untuk mengenakan
pakaian pelindung, termasuk masker, jas laboratorium, sarung tangan dan goggles
(pelindung mata).
9. Pakaian pelindung seperti itu
dibutuhkan apabila anda akan kontak secara langsung dengan pasien atau lingkungan
di mana pasien berada.
10. Pastikan bahwa masker yang anda
kenakan unkurannya pas buat anda. Apabila tidak, bicarakan dengan petugas rumah
sakit.
11. Pada waktu anda meninggalkan ruangan
pasien, anda harus melepaskan semua pakaian pelindung tersebut dan mencuci
tangan dengan air dan sabun. Di daerah tertular, di mana adanya flu
burung telah dipastikan, jangan mengkonsumsi daging ayam yang berasal dari ayam
yang sakit atau mati.
12. Di daerah tertular, disarankan untuk
tidak memanfaatkan ayam sakit atau mati untuk makanan orang maupun hewan.
Walaupun nampak sehat, ayam yang berasal dari daerah tertular jangan
dimanfaatkan untuk makanan. Di daerah sekitarnya ( yang berdekatan dengan
daerah tertular) beberapa tindakan pencegahan perlu dilakukan.
13. Secara umum, hanya unggas yang sehat
yang boleh dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
14. Untuk memotong/mematikan unggas,
gunakan cara cara agar anda maupun lingkungan di rumah anda tidak dicemari oleh
darah, debu, feses maupun kotoran lain yang berasal dari unggas tersebut.
Tanyakan ke petugas peternakan setempat mengenai prosedur pemotongan unggas
yang benar.
15. Untuk pencabutan bulu, gunakan cara
yang benar agar tidak mengotori anda maupun lingkungan tempat tinggal anda.
Cara terbaik adalah dengan merendam unggas tersebut di dalam air panas sebelum
mencabuti bulunya.
16. Untuk membersihkan isi perut dan
usus unggas gunakan cara yang benar agar tidak mengotori lingkungan tempat
tinggal anda.
17. Jangan menyentuh benda benda lain
maupun wajah anda (misalnya: mengusap mata) pada saat anda melakukan prosedur
prosedur tersebut di atas, kecuali setelah anda mencuci tangan dengan air dan
sabun. Lakukan semua tindakan pencegahan untuk memastikan bahwa unggas atau
produk asal unggas diproses dengan benar dan aman untuk di konsumsi.
18. Ayam diproses secara higienis dan di
masak sampai matang, contohnya: sudah tidak ada lagi cairan berwarna kemerahan,
ayam dianggap aman untuk di makan. Tetapi perlu diingat bahwa apabila
ayam tersebut mengandung penyakit menular spt misalnya flu burung, orang yang
memasak ayam tersebut mempunyai resiko tertular demikian juga lingkungan tempat
ayam itu dipersiapkan untuk dimasak bisa tercemar oleh virus.
19. Telur juga bisa membawa bibit
penyakit, seperti misalnya virus flu burung di bagian dalam telur maupun di
kulit luarnya. Telur mentah dan kulit telur harus ditangani dengan hati hati.
Cucilah kulit telur dengan air sabun dan cucilah tangan setelahnya. Telur yang
dimasak sampai matang (direbus selama 5 menit pada temperature 70oC)
tidak akan menularkan virus flu burung apabila dimakan.
20. Secara umum, semua makanan harus
dimasak sampai matang, mencapai temperatur paling sedikit 70oC atau
lebih di bagian dalam.
2.13 Penanggulangan Flu Burung
Pengobatan bagi penderita flu burung adalah:
1. Oksigenasi bila terdapat sesak napas.
2. Hidrasi dengan pemberian cairan parenteral (infus).
Pemberian obat
anti virus oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 7 hari.Amantadin diberikan
pada awal infeksi , sedapat mungkin dalam waktu 48 jam pertama selama 3-5 hari
dengan dosis 5 mg/kg BB perhari dibagi dalam 2 dosis. Bila berat badan lebih dari 45 kg
diberikan 100 mg 2 kali sehari.
BAB
III
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
1. Sars (Severe acute respiratory
syndrome atau kadang-kala severe Asian respiratory syndrome) adalah
sejenis penyakit pernafasan akut yang mengakibatkan penyakit pada radang
paru-paru (atypical pneumonia). Kasus SARS (Severe Acute Respiratory
Syndrome) atau Syndrome Pernapasan Akut Berat pertama kali ditemukan di
propinsi Guangdong (China) pada bulan November 2003. Pertimbangan WHO
menyatakan SARS sebagai ancaman global adalah SARS merupakan penyakit baru yang
belum dikenal penyebabnya, SARS meneybar secara cepat melalui alat angkut antar
negara dan SARS terutama menyerang tenaga kesehatan di rumah sakit. Wabah SARS
telah mendorong berbagai pakar kesehatan di dunia untuk bekerja sama menemukan
penyebab SARS dan memahami cara penularan SARS. Atas kerjasama para pakar dari
13 laboratorium di dunia maka tanggal 16 April 2003 dipastikan bahwa penyebab
SARS adalah Virus Corona atau coronavirus, paramoxyviridae. Departemen Kesehatan secara dini
dan sejak awal pandemi SARS pada bulan Maret tahun 2003 melaksanakan
Penanggulangan SARS dengan tujuan mencegah terjadinya kesakitan dan kematian
akibat SARS dan mencegah terjadinya penularan SARS di masyarakat (community
transmission) di Indonesia. Virus
bisa terbawa oleh cairan dan menular pada orang lain. Sedang virus yang mampu
bertahan di udara kering selama tiga jam akan terbang di udara dalam bentuk
debu.
Gejala-gejala
SARS antara lain: Sakit kepala, batuk, sesak napas seperti asma, bersin, demam dengan suhu badan tinggi lebih
dari 38 derajat celcius,
nyeri otot dan persendian serta sakit
di dada terutama saat bernapas. Apabila mengalami gejala atau keluhan seperti
di atas maka tindakan yang harus dilakukan adalah segera ke dokter atau rumah
sakit. Cara pencegahan
paling utama adalah dengan tidak mengunjungi wilayah yang sudah
terjangkiti SARS, seperti negara yang terkena wabah dan rumah sakit jika tidak
perlu, karena sebagian besar infeksi terjadi di sini. Sebisa mungkin hindari
berdekatan dengan penderita SARS atau penderita bergejala sama, dan apabila
tidak memungkinkan gunakan selalu masker serta sarung tangan. Namun ,
yang terpenting dari semua ini adalah menjaga kebersihan dan daya tahan
tubuh, yakni dengan makan teratur, istirahat yang cukup, berhenti merokok dan
hidup secara sehat, mencuci tangan dengan menggunakan sabun setelah melakukan
aktivitas.
2. Flu
burung menular dari unggas ke unggas, dan dari unggas ke manusia. Secara umum, gejala
klinis serangan virus itu adalah gejala seperti flu pada umumnya, yaitu demam,
sakit tenggorokan, batuk, ber-ingus, nyeri otot, sakit kepala, lemas, dan dalam
waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan di
paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan tatalaksana dengan baik
dapat menyebabkan kematian. Epidemiologi flu burung telah digambarkan pada
pembahasan sebelumnya yakni pada distribusi orang waktu dan tempat yang
tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia bahkan dunia. Pencegahan pada unggas yakni
pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi flu burung dan vaksinasi pada unggas
yang sehat. Pada Manusia pencegahan
dibedakan pada kelompok berisiko tinggi (pekerja peternakan dan
pedagang) dan masyarakat umum. Salah satu cara penanggulangan bagi penderita
flu burung yaitu oksigenasi bila terdapat sesak napas dan hidrasi dengan
pemberian cairan parenteral (infus).
3.2 Saran
Perlu adanya
penyuluhan/promosi kepada masyarakat tentang penyakit flu burung agar
masyarakat tidak panik dan takut untuk mengkonsumsi produk unggas namun harus
tetap waspada. Terutama kelompok berisiko tinggi (pekerja di peternakan ayam,
pemotong ayam dan penjamah produk unggas lainnya), dengan memperhatikan cara
pencegahan. Bagi
pembaca yang telah membaca makalah ini agar kiranya lebih memperhatikan
kesehatannya. Apabila anda ataupun orang lain dicurigai menderita penyakit
SARS ataupun
flu burung maka segeralah
ke dokter ataupun melaporkan kasus ini pada dinas kesehatan terdekat.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah,Mikrajuddin.2006.IPA Terpadu SMP dan MTs Jilid 2A.Jakarta:Erlangga
Darmawan,Hermansyah.2010.Tanya Jawab Flu Babi, Flu Singapura dan Flu Burung.Jakarta:Penebar
Swadaya
Depkes.2009.FLU
Burung. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.Jakarta:Depkes
Nadia.2013.Sars,http://needhiya-luvstory.blogspot.com/2013/04/sars.html (diakses pada tanggal 3 September 2015)
Riati.2012.Flu Burung, https://rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/20/flu-burung/ (diakses pada tanggal 3 September 2015)
Semiawan,Conny.2005.Panorama Filsafat Ilmu:Landasan Perkembangan
Ilmu Jaman Sekarang.Jakarta:Teraju
Maaf sebelumnya, saya mau minta izin untuk copas
ReplyDelete