BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Regenasi sel adalah
proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang mati yang diatur mulai
tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap
saat,setiap detik sel pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahir
sel yang menggantikannya atau disebut proses regenerasi. Setiap bagian tubuh
dari manusia selalu berganti.
Pada manusia,
regenerasi sel menyajikan proses yang sedikit berbeda. Sel induk, bahan
bangunan seluler generik yang memungkinkan embrio untuk akhirnya membentuk
organ tertentu, jaringan, dan pelengkap, yang hadir hanya dalam vitro. Setelah
sel berkembang menjadi sel matang, mereka tidak dapat kembali lagi ke sel
induk, seperti yang terlihat pada reptil dan amfibi tertentu. Sebaliknya,
sel-sel otak dewasa, sel-sel kulit, sel saraf, dan klasifikasi selular lain
hanya dapat membagi dan bereproduksi seperti sel-sel, sehingga membatasi
regenerasi sel pada manusia.
Luka merupakan rusaknya jaringan tubuh. Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian
jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan
regenerasi. Bab selanjutnya akan membahas tentang regenerasi sel, pemulihan
jaringan, proses penyembuhan luka dan fraktur.
1.2.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan regenerasi sel?
2.
Bagaimana
pemulihan jaringan ikat?
3.
Bagaimana
proses penyembuhan luka?
4.
Bagaimana
proses penyembuhan fraktur?
1.3.
Tujuan
Penulisan
Tujuan umum : untuk mengetahui pemulihan jaringan secara
umum
Tujuan khusus
1.
Untuk
memahami regenerasi sel.
2.
Untuh
mengetahui pemulihan jaringan ikat.
3.
Untuk
memahami proses penyembuhan luka.
4.
Untuk
memahami proses penyembuhan fraktur.
1.4.
Manfaat
Penulisan
1.
Mahasiswa
mampu menjelaskan regenerasi sel.
2.
Mahasiswa
mampu memahami pemulihan jaringan ikat.
3.
Mahasiswa
dapat memahami proses penyembuhan luka.
4.
Mahasiswa
dapat memahami proses penyembuhan fraktur.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Regenerasi Sel
Regenasi sel adalah
proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang mati yang diatur mulai
tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap
saat,setiap detik sel pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahir
sel yang menggantikannya atau disebut proses regenerasi. Setiap bagian tubuh
dari manusia selalu berganti. Tulang
manusia menggantikan dirinya selama 12,5 kali selama hidupnya, sel kulit kita
hanya berusia 28 hari sejak tumbuh dari endodermis sampai mengelupas atau pada
lapisan epidermis.
Proses regenerasi dominan mulai usia anak-anak sampai kira-
kira 30 tahun, kemudian setelah itu proses degenerasi yang paling dominan.
Namun pada dasarnya proses
regenerasi (pembentukan) dan degenerasi (perusakan) sel akan selalu terjadi
dalam tubuh kita.
Pada manusia,
regenerasi sel menyajikan proses yang sedikit berbeda. Sel induk, bahan
bangunan seluler generik yang memungkinkan embrio untuk akhirnya membentuk
organ tertentu, jaringan, dan pelengkap, yang hadir hanya dalam vitro. Setelah
sel berkembang menjadi sel matang, mereka tidak dapat kembali lagi ke sel
induk, seperti yang terlihat pada reptil dan amfibi tertentu. Sebaliknya,
sel-sel otak dewasa, sel-sel kulit, sel saraf, dan klasifikasi selular lain
hanya dapat membagi dan bereproduksi seperti sel-sel, sehingga membatasi
regenerasi sel pada manusia.
Sementara terbatas,
regenerasi sel pada manusia memainkan peran penting dalam pembangunan,
penyembuhan, dan perbaikan jaringan. Sel-sel pada manusia secara alami
meninggal pada tingkat miliaran per hari karena baik nekrosis, kematian sel
akibat kerusakan atau cedera, atau melalui apoptosis. Apoptosis adalah suatu bentuk
kematian sel terprogram yang memungkinkan sel untuk fragmen atau mati sebagai
bagian dari proses biokimia yang normal yang terlibat dalam pengembangan,
pertumbuhan, dan penuaan. Tanpa beberapa bentuk regenerasi sel, nekrosis dan
apoptosis pada akhirnya akan mengakibatkan kehancuran seluruh organ dan daerah
jaringan. Sebaliknya, regenerasi sel memungkinkan tubuh untuk menumbuhkan
sel-sel baru untuk menggantikan yang mati, sekarat, atau ada kerusakan sel
dengan memisahkan sel sehat tunggal menjadi dua sel terpisah.
Meskipun manusia
mempertahankan kemampuan untuk meregenerasi sel berdasarkan kondisi tertentu,
kemampuan untuk sepenuhnya meregenerasi seluruh struktur terbatas ke jaringan
dan organ-organ tertentu seperti hati dan kulit. Sel-sel otak, misalnya,
perlahan-lahan beregenerasi dari waktu ke waktu, tapi manusia tidak bisa tumbuh
otak baru melalui regenerasi sel. Atau, tubuh manusia dapat regenerasi hati,
asalkan setidaknya seperempat dari organ tetap utuh. Demikian juga, kulit dapat
tumbuh kembali untuk menutupi area yang luas kerusakan, asalkan ada persentase
yang cukup dari sisa kulit untuk mereplikasi sel-sel baru.
Faktor-faktor penghambat regenerasi sel, ada
beberapa faktor yang menghambat proses regenerasi sel, antara lain:
1.
Tingginya penumpukan bahan toksin pada sel-sel jaringan
organ tubuh yang berasal dari sisa metabolisme. Ini biasanya disebabkan tingkat
stres yang tinggi.
2.
Pembusukan di usus besar yang biasanya terjadi karena
banyak mengonsumsi daging atau unggas yang sulit dicerna dalam usus.
3.
Zat aditif (perasa, pengawet, pewarna). Biasanya
didapat dari makanan-makanan siap saji atau junk food.
4.
Polutan (pestisida, limbah pabrik, asap mobil, asap
pabrik, asap rokok).
5.
Pemakaian
obat-obatan.
2.2 Pemulihan Jaringan Ikat
Proliferasi fibroblas dan tunas-tunas kapiler dan
selanjutnya pembentukan kolagen untuk membentuk jaringan parut adalah akibat
yang wajar pada hampir setiap kerusakan jaringan.
Pada setiap kerusakan jaringan, akan diawali pembentukan
jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang ditinggalkan
jaringan yang rusak dan disebut jaringan granulasi. Secara
mikroskopik jaringan Granulasi terdiri dari pembuluh-pembuluh darah kecil yang
baru terbentuk (angioblas), fibroblas, sisa sel radang (berbagai jenis leukosit
: makrofag, limfosit, eosinofil, basofil, dan
neutrofil), bagian cairan eksudat dan zat dasar jaringan ikat longgar setengah
cair. Fibroblas dan angioblas pada jaringan granulasi yang berasal dari
fibroblas dan kapiler di sekelilingnya yang sebelumnya ada.
Organisasi terjadi jika
:
·
Banyak sekali jaringan yang menjadi
nekrotik.
·
Eksudat peradangan menetap & tidak
menghilang.
·
Massa darah (hematom) atau bekuan-bekuan
darah tidakcepat menghilang.
Bukti organisasi yang
paling awal biasanya terjadi beberapa hari setelah dimulainya reaksi
peradangan. Setelah kurang lebih 1 minggu, jaringan granulasi masih cukup
longgar dan selular. Pada saat ini, fibroblas jaringan granulasi sedikit demi
sedikit mulai menyekresikan prekursor protein kolagen yang larut, saat
ini sedikit demi sedikit akan mengendap sebagai fibril-fibril di dalam ruang
intersisial jaringan granulasi. Setelah beberapa waktu, semakin banyak kolagen yang tertimbun
didalam jaringan granulasi, yang
sekarang secara bertahap semakin matang menjadi jaringan ikat kolagen yang agak
padat atau jaringan parut..Walaupun jaringan parut telah cukup kuat setelah
kira-kira 2 minggu, proses remodeling masih terus berlanjut,serta densitas dan kekuatan
jaringan parut ini juga meningkat. Jaringan granulasi,yang pada awalnya cukup
selular dan vaskula, lambat laun kurang selular dan kurang vaskular serta
menjadi kolagen yang lebih padat.
Atas dasar pembentukan jaringan
granulasi, ada 2 bentuk pemulihan / penyembuhan :
1. Penyembuhan
primer.
·
Berlangsung cepat mencapai kesembuhan
·
Reaksi radang hampir hilang seluruhnya
2. Penyembuhan
sekunder
·
Berlangsung lambat (faktor luas kerusakan, banyaknya sel
nekrotik dan eksudat )
·
Hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parut dan kehilangan
banyak fungsi khas.
2.3 Proses Penyembuhan Luka
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Menurut Sjamsuhidayat (1997)
mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Macam-macam Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
a.
Clean
Wounds (luka
bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses
peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital
dan urinari tidak terjadi.
b.
Clean-contamined
Wounds (luka
bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi,
pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol.
c.
Contamined
Wounds (luka
terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan
operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari
saluran cerna.
d.
Dirty
or Infected Wounds (luka
kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
a. Stadium I : Luka Superfisial
(“Non-Blanching Erithema), yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial
Thickness” yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas
dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi,
blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full
Thickness” yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliput kerusakan atau nekrosis
jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan
yang mendasarinya.
d. Stadium IV : Luka “Full Thickness”
yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya
destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka
a. Luka akut yaitu luka dengan masa
penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang
mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan
endogen.
4. Berdasarkan Mekanisme Terjadinya Luka
a.
Luka
insisi (Incised Wounds),
terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
b.
Luka
memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan
dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c.
Luka
tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau
yang masuk kedalam kulit.
d.
Luka
gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau
oleh kawat.
e.
Luka
tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada
bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar.
f.
Luka
Bakar (Combustio)
Suatu trauma yang
disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit,
mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
g.
Luka
lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda tajam.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian
jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan
regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali
dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.(Mawardi-Hasan,2002)
Fase penyembuhan luka menurut
Smeltzer (2002)
a. Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4
hari.
|
Periode ini hanya berlangsung 5-10
menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf
sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya
substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali
menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena,
sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah
luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan
tersebut asidosis.
Eksudasi ini jugamengakibatkan
migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil
adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3
hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar
jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka.
Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah:
1.
Sintesa
kolagen.
2.
Pembentukan
jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblast.
3.
Memproduksi
growth factor yang berperan pada re-epitelisasi.
4.
Pembentukan
pembuluh kapiler baru atau angiogenesis.
Dengan berhasilnya dicapai luka yang
bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan
fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase
inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa
sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
b. Fase
Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.
Pada jaringan lunak yang normal
(tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya
bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan
aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan
berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen,
elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam
membangun (rekonstruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik
adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan
dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa
makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit
dapat memasuki kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru
yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan
granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya
disebut fibroblasia.
Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia
adalah:
a. Proliferasi
b. Migrasi
c. Deposit jaringan matriks
d. Kontraksi luka
Angiogenesis suatu proses
pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada
tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit
(diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan
lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan
vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk
memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada
daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase
ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi
oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).
Proses selanjutnya adalah
epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan “keratinocyte growth factor (KGF)
yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai
dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka.
Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan
disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan
dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan
merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan
kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan
defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir jika
epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi
dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan
platelet.
c. Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan
atau bahkan tahunan.
Untuk mencapai penyembuhan yang
optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang
dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau
hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi
kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit mampu atau tidak
mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan
luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat
tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya
luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan
dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka :
Pengaruh sistemik :
1
Nutrisi
2
Gangguan
pada darah
3
Diabetes
mellitus
4
Hormon
Pengaruh lokal :
1
Aliran
darah lokal
2
Infeksi
3
Benda
asing
4
Imobilisasi
luka
2.4 Proses Penyembuhan Fraktur
Tulang
merupakan jenis jaringan ikat khusus yang telah mengalami diferensiasi dan
spesialisasi yang tinggi. Karenanya, tulang memiliki kapasitas bereaksi yang
terbatas dalam menghadapi kondisi yang abnormal. Reaksi yang dilakukan oleh
tulang saat terpapar dengan kondisi abnormal di antaranya: kematian lokal,
perubahan deposisi tulang, perubahan resorpsi tulang, dan kegagalan mekanik
atau fraktur. Kematian lokal terjadi saat suatu area tulang tidak menerima
suplai darah sama sekali. Kematian sel ini menjadi suatu abnormalitas lain yang
menyebabkan jaringan di sekitarnya bereaksi dengan melakukan perubahan deposisi
atau perubahan resorpsi. Sementara itu, fraktur terjadi apabila tulang menerima
gaya berlebih dan gagal menahan tegangan yang ada, contohnya saat terjadi
kecelakaan.
Waktu
penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan
beberapa faktor penting pada penderita, antara lain:
1
Umur penderita
Waktu
penyembuhan tulang pada anak – anak jauh lebih cepat pada orng dewasa. Hal ini
terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada daerah periosteum
dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses remodeling tulang pada bayi
pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertamba
2
Lokalisasi dan
konfigurasi fraktur
Lokalisasi
fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis penyembuhannya lebih
cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur
tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur oblik karena
kontak yang lebih banyak.
3
Pergeseran
awal fraktur
Pada
fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua
kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran
fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih
hebat.
4
Vaskularisasi
pada kedua fragmen
Apabila
kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya tanpa
komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga
mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin
terjadi nonunion.
5
Reduksi dan
Imobilisasi
Reposisi
fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam
bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan
kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
6
Waktu
imobilisasi
Bila
imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,
maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
7
Adanya infeksi
Bila
terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur
tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.
8
Gerakan aktif
dan pasif anggota gerak
Gerakan
pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah
fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi yang
baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Proses penyembuhan fraktur pada
tulang terdiri dari 5 fase, yaitu :
1. Fase hematoma
Apabila tulang menyerap
tekanan melampaui keelastikannya, kepatahan berlaku. Impak ini akan melibatkan
sumsum tulang, periosteum, tisu lembut dan tisu hidup tulang tersebut dan
mengganggu saraf serta bekalan darah di kawasan terlibat dan berlakunya
nekrosis iskemik pada tempat yang fraktur.
Maka fraktur ini akan
meransang sel osteosit yang tertinggal, membuatkan sel tersebut bertindak balas
untuk membentuk sel baru (daughter cell). Proses ini biasanya mengambil masa
sehingga 7 hari dari waktu impak.
Point :
dalam 24 jam pertama mulai terbentuk darah beku dan fibrin yang masuk ke
kawasan kepatahan. Bekalan darah di kawasan itu meningkat, lalu terbentuklah
hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sehingga hari kelima.
2. Fase inflamasi dan proliferasi seluler.
Pada saat ini
terjadi reaksi jaringan fibrous sekitar fraktur sebagai suatu reaksi
penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik
yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal serta pada
bahagian endosteum membentuk kalus internal sebagai aktiviti sellular dalam
kanal medular. Apabila terjadi trauma kuat pada periosteum, maka penyembuhan
sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi ke dalam jaringan fibrous. Pada tahap
awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel
osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang
sifatnya lebih cepat dari tumor. Jaringan selluler tidak terbentuk dari
organisasi pembekuan hematoma suatu bahagian fraktur. Setelah beberapa minggu,
kalus dari fraktur akan membentuk suatu mass yang meliputi jaringan osteogenik.
Pada pemeriksaan radiologist, kalus belum mengandungi tulang sehingga merupakan
suatu bahagian radioluscen.Fasa ini bermula pada minggu ke 2 – 3 setelah
terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
Point : dalam waktu sekitar 5 hari , hematoma akan mengalami organisasi.
Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk
revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan
kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk
jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3. Fase pembentukan kalus.
|
Setelah pembentukan jaringan selluler yang tumbuh dari
setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada
kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks
interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam–garam kalsium
pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut woven bone. Pada
pemeriksaan radiologi, kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan
indikasi radiologi pertama terjadinya bagi penyembuhan fraktur.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan
tumbuh mencapai sisi lain bahagian fracture. Fragmen kepatahan tulang
digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu
waktu 3-4 minggu untuk frakmen tulang bergabung dalam tulang rawan atau
jaringan fibrous.
4. Fase konsolidasi
Woven bone akan
membentuk kalus primer dan secara perlahan–lahan diubah menjadi tulang yang
lebih matang oleh aktiviti osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan
kelebihan kalus akan di serapbalik secara bertahap.Fasa 3 dan 4 bermula pada
minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.
Point : Pembentukan kalus mulai mengalami
penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial.
Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini
memerlukan waktu 3-4 bulan.
5. Fase remodeling
|
Apabila penyatuan telah lengkap, maka
tulang yang baru akan membentuk bahagian yang meyerupai bulbus yang meliputi
tulang, tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fasa remodeling ini perlahan-lahan
terjadi resorpsi secara osteoklastik, dan tetapi terjadi osteoblastik pada
tulang. Kalus eksterna juga secara perlahan – lahan menghilang. Kalus
intermediet berubah menjadi tulang yang compact dan berisi system
haversian dan kalus bahagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membentuk sum-sum.Fasa terakhir ini bermula dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir
sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
Point : Tahap akhir dari perbaikan patah
tulang. Dengan aktifinya osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan
tulang sesempurna mungkin.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Regenasi
sel adalah proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang mati yang diatur
mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Proses regenerasi dominan mulai usia
anak-anak sampai kira- kira 30 tahun, kemudian setelah itu proses degenerasi
yang paling dominan.
Pada setiap kerusakan jaringan, akan
diawali pembentukan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga
yang ditinggalkan jaringan yang rusak dan disebut jaringan granulasi. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan,
dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Proses penyembuhan luka ada
tiga yaitu fase inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi. Sedangkan
proses penyembuhan fraktur ada lima fase yaitu fase hematoma, fase inflamasi
dan proliferasi, fase pembentukan kalus, fase konsolidasi, dan fase
remodelling.
3.2. Saran
Mahasiswa sebaiknya
memahami materi ini dengan baik. Sehingga paham dengan regenerasi sel,
pemulihan jaringan, proses penyembuhan luka dan fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Dianita.2013.
Proses
Pemulihan Jaringan pada Sistem Dermatomuskuloskeletal dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhinya. http://mediskus.com/wp-content/uploads/2013/05/penyembuhan-patah-tulang.jpg.
Diakses pada tanggal 08 April 2015 pukul
16.30 Wita
Hiru .2011. GAMBARAN RONTGEN PROSES
PENYEMBUHAN FRAKTUR TULANG. http://hiruandon0abulcasis.blogspot.com/2011/10/gambaran-rontgen-proses-penyembuhan.html. Diakses pada tanggal 05 April 2015 pukul
15.00 Wita
Neoanas.2012
.Regenerasi Sel.http://www.scribd.com/doc/42573426/REGENERASI-SEL#scribd.
Diakses pada tanggal 09 April 2015 pukul 17.30 Wita
Pri’e.2009. Proses
Penyembuhan Luka .http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/proses-penyembuhan-luka.html . Diakses pada tanggal 09 April 2015
pukul 18.00 Wita
Rudi.2014.Regenerasi sel. http://www.slideshare.net/marlboroman348/regenerasi-sel.
diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 16.00 Wita
Sridianti.2014.
Pengertian Regenerasi Sel dan Peran. http://www.sridianti.com/pengertian-regenerasi-sel-dan-peran.html
. diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 15.00 Wita
titi.2013.
Fraktur Inilah Proses Penyembuhan Patah
Tulang.http://seperciktinta.blogspot.com/2013/02/fraktur-inilah-proses-penyembuhan-patah.html.
pada tanggal 10 April 2015 pukul 16.00 Wita
Wahyudo,rian.2011.
tahap- tahap penyembuhan fraktur.http://gardamd.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-penyembuhan-fraktur.html.
diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 17.00 Wita