Total Pageviews

Monday, April 27, 2015

PEMULIHAN JARINGAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Regenasi sel adalah proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang mati yang diatur mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap saat,setiap detik sel pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahir sel yang menggantikannya atau disebut proses regenerasi. Setiap bagian tubuh dari manusia selalu berganti.
Pada manusia, regenerasi sel menyajikan proses yang sedikit berbeda. Sel induk, bahan bangunan seluler generik yang memungkinkan embrio untuk akhirnya membentuk organ tertentu, jaringan, dan pelengkap, yang hadir hanya dalam vitro. Setelah sel berkembang menjadi sel matang, mereka tidak dapat kembali lagi ke sel induk, seperti yang terlihat pada reptil dan amfibi tertentu. Sebaliknya, sel-sel otak dewasa, sel-sel kulit, sel saraf, dan klasifikasi selular lain hanya dapat membagi dan bereproduksi seperti sel-sel, sehingga membatasi regenerasi sel pada manusia.
Luka merupakan rusaknya jaringan tubuh. Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Bab selanjutnya akan membahas tentang regenerasi sel, pemulihan jaringan, proses penyembuhan luka dan fraktur.
1.2.      Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan regenerasi sel?
2.      Bagaimana pemulihan jaringan ikat?
3.      Bagaimana proses penyembuhan luka?
4.      Bagaimana proses penyembuhan fraktur?
1.3.      Tujuan Penulisan
Tujuan umum :   untuk mengetahui pemulihan jaringan secara umum
Tujuan khusus
1.      Untuk memahami regenerasi sel.
2.      Untuh mengetahui pemulihan jaringan ikat.
3.      Untuk memahami proses penyembuhan luka.
4.      Untuk memahami proses penyembuhan fraktur.
1.4.      Manfaat Penulisan
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan regenerasi sel.
2.      Mahasiswa mampu memahami pemulihan jaringan ikat.
3.      Mahasiswa dapat memahami proses penyembuhan luka.
4.      Mahasiswa dapat memahami proses penyembuhan fraktur.


























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Regenerasi Sel
Regenasi sel adalah proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang mati yang diatur mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Setiap saat,setiap detik sel pada tubuh kita ada yang mati dan setiap itu pula lahir sel yang menggantikannya atau disebut proses regenerasi. Setiap bagian tubuh dari manusia selalu berganti. Tulang manusia menggantikan dirinya selama 12,5 kali selama hidupnya, sel kulit kita hanya berusia 28 hari sejak tumbuh dari endodermis sampai mengelupas atau pada lapisan epidermis.
Proses regenerasi dominan mulai usia anak-anak sampai kira- kira 30 tahun, kemudian setelah itu proses degenerasi yang paling dominan. Namun pada dasarnya proses regenerasi (pembentukan) dan degenerasi (perusakan) sel akan selalu terjadi dalam tubuh kita.
Pada manusia, regenerasi sel menyajikan proses yang sedikit berbeda. Sel induk, bahan bangunan seluler generik yang memungkinkan embrio untuk akhirnya membentuk organ tertentu, jaringan, dan pelengkap, yang hadir hanya dalam vitro. Setelah sel berkembang menjadi sel matang, mereka tidak dapat kembali lagi ke sel induk, seperti yang terlihat pada reptil dan amfibi tertentu. Sebaliknya, sel-sel otak dewasa, sel-sel kulit, sel saraf, dan klasifikasi selular lain hanya dapat membagi dan bereproduksi seperti sel-sel, sehingga membatasi regenerasi sel pada manusia.
Sementara terbatas, regenerasi sel pada manusia memainkan peran penting dalam pembangunan, penyembuhan, dan perbaikan jaringan. Sel-sel pada manusia secara alami meninggal pada tingkat miliaran per hari karena baik nekrosis, kematian sel akibat kerusakan atau cedera, atau melalui apoptosis. Apoptosis adalah suatu bentuk kematian sel terprogram yang memungkinkan sel untuk fragmen atau mati sebagai bagian dari proses biokimia yang normal yang terlibat dalam pengembangan, pertumbuhan, dan penuaan. Tanpa beberapa bentuk regenerasi sel, nekrosis dan apoptosis pada akhirnya akan mengakibatkan kehancuran seluruh organ dan daerah jaringan. Sebaliknya, regenerasi sel memungkinkan tubuh untuk menumbuhkan sel-sel baru untuk menggantikan yang mati, sekarat, atau ada kerusakan sel dengan memisahkan sel sehat tunggal menjadi dua sel terpisah.
Meskipun manusia mempertahankan kemampuan untuk meregenerasi sel berdasarkan kondisi tertentu, kemampuan untuk sepenuhnya meregenerasi seluruh struktur terbatas ke jaringan dan organ-organ tertentu seperti hati dan kulit. Sel-sel otak, misalnya, perlahan-lahan beregenerasi dari waktu ke waktu, tapi manusia tidak bisa tumbuh otak baru melalui regenerasi sel. Atau, tubuh manusia dapat regenerasi hati, asalkan setidaknya seperempat dari organ tetap utuh. Demikian juga, kulit dapat tumbuh kembali untuk menutupi area yang luas kerusakan, asalkan ada persentase yang cukup dari sisa kulit untuk mereplikasi sel-sel baru.
Faktor-faktor penghambat regenerasi sel, ada beberapa faktor yang menghambat proses regenerasi sel, antara lain:
1.      Tingginya penumpukan bahan toksin pada sel-sel jaringan organ tubuh yang berasal dari sisa metabolisme. Ini biasanya disebabkan tingkat stres yang tinggi.
2.      Pembusukan di usus besar yang biasanya terjadi karena banyak mengonsumsi daging atau unggas yang sulit dicerna dalam usus.
3.      Zat aditif (perasa, pengawet, pewarna). Biasanya didapat dari makanan-makanan siap saji atau junk food.
4.      Polutan (pestisida, limbah pabrik, asap mobil, asap pabrik, asap rokok).
5.       Pemakaian obat-obatan.

2.2 Pemulihan Jaringan Ikat
Proliferasi fibroblas dan tunas-tunas kapiler dan selanjutnya pembentukan kolagen untuk membentuk jaringan parut adalah akibat yang wajar pada hampir setiap kerusakan jaringan.
Pada setiap kerusakan jaringan, akan diawali pembentukan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang ditinggalkan jaringan yang rusak dan  disebut jaringan granulasi. Secara mikroskopik jaringan Granulasi terdiri dari pembuluh-pembuluh darah kecil yang baru terbentuk (angioblas), fibroblas, sisa sel radang (berbagai jenis leukosit : makrofag, limfosit, eosinofil, basofil, dan neutrofil), bagian cairan eksudat dan zat dasar jaringan ikat longgar setengah cair. Fibroblas dan angioblas pada jaringan granulasi yang berasal dari fibroblas dan kapiler di sekelilingnya yang sebelumnya ada.
Organisasi terjadi jika :
·         Banyak sekali jaringan yang menjadi nekrotik.
·         Eksudat peradangan menetap & tidak menghilang.
·         Massa darah (hematom) atau bekuan-bekuan darah tidakcepat menghilang.
Bukti organisasi yang paling awal biasanya terjadi beberapa hari setelah dimulainya reaksi peradangan. Setelah kurang lebih 1 minggu, jaringan granulasi masih cukup longgar dan selular. Pada saat ini, fibroblas jaringan granulasi sedikit demi sedikit mulai menyekresikan  prekursor protein kolagen yang larut, saat ini sedikit demi sedikit akan mengendap sebagai fibril-fibril di dalam ruang intersisial jaringan granulasi. Setelah beberapa waktu, semakin banyak kolagen yang tertimbun didalam jaringan granulasi, yang sekarang secara bertahap semakin matang menjadi jaringan ikat kolagen yang agak padat atau jaringan parut..Walaupun jaringan parut telah cukup kuat setelah kira-kira 2 minggu, proses remodeling masih terus berlanjut,serta densitas dan kekuatan jaringan parut ini juga meningkat. Jaringan granulasi,yang pada awalnya cukup selular dan vaskula, lambat laun kurang selular dan kurang vaskular serta menjadi kolagen yang lebih padat.
Atas dasar pembentukan jaringan granulasi, ada 2 bentuk pemulihan / penyembuhan :
1. Penyembuhan primer.
·         Berlangsung cepat mencapai kesembuhan
·         Reaksi radang hampir hilang seluruhnya
2. Penyembuhan sekunder
·         Berlangsung lambat (faktor luas kerusakan, banyaknya sel nekrotik dan eksudat )
·         Hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parut dan kehilangan  banyak  fungsi khas.
2.3 Proses Penyembuhan Luka
            Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Menurut Sjamsuhidayat (1997) mendefinisikan luka sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh.
Macam-macam Luka
1. Berdasarkan Tingkat Kontaminasi
a.       Clean Wounds (luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi.
b.      Clean-contamined Wounds (luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol.
c.       Contamined Wounds (luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna.
d.      Dirty or Infected Wounds (luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan Kedalaman dan Luasnya Luka
a.       Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema), yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b.      Stadium II : Luka “Partial Thickness” yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c.        Stadium III : Luka “Full Thickness” yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliput kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya.
d.      Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.
3. Berdasarkan Waktu Penyembuhan Luka
a.       Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b.       Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
4. Berdasarkan Mekanisme Terjadinya Luka
a.       Luka insisi (Incised Wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam.
b.      Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
c.       Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit.
d.      Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
e.       Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya lukanya akan melebar.
f.       Luka Bakar (Combustio)
Suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
g.      Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda tajam.
Penyembuhan luka merupakan suatu proses penggantian jaringan yang mati/rusak dengan jaringan baru dan sehat oleh tubuh dengan jalan regenerasi. Luka dikatakan sembuh apabila permukaannya dapat bersatu kembali dan didapatkan kekuatan jaringan yang mencapai normal.(Mawardi-Hasan,2002)
Fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002)
a. Fase Inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.
 
            Fase inflamasi adalah adanya respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah  menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal fase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi hemostasis. Platelet akan menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan substansi “vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler vasokonstriksi, selanjutnya terjadi penempelan endotel yang  yang akan menutup pembuluh darah. Komponen hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF) dan Transforming Growth Factor beta (TGF-β) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN). Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta 1 (TGF b1) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF b1 akan mengaktivasi fibroblas untuk mensintesis kolagen.
Periode ini hanya berlangsung 5-10 menit, dan setelah itu akan terjadi vasodilatasi kapiler stimulasi saraf sensoris (local sensoris nerve ending), local reflex action, dan adanya substansi vasodilator: histamin, serotonin dan sitokins. Histamin kecuali menyebabkan vasodilatasi juga mengakibatkan meningkatnya permeabilitas vena, sehingga cairan plasma darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara klinis terjadi edema jaringan dan keadaan lokal lingkungan tersebut asidosis.
Eksudasi ini jugamengakibatkan migrasi sel lekosit (terutama netrofil) ke ekstra vaskuler. Fungsi netrofil adalah melakukan fagositosis benda asing dan bakteri di daerah luka selama 3 hari dan kemudian akan digantikan oleh sel makrofag yang berperan lebih besar jika dibanding dengan netrofil pada proses penyembuhan luka.
Fungsi makrofag disamping fagositosis adalah:
1.      Sintesa kolagen.
2.      Pembentukan jaringan granulasi bersama-sama dengan fibroblast.
3.      Memproduksi growth factor yang berperan pada re-epitelisasi.
4.      Pembentukan pembuluh kapiler baru atau angiogenesis.
Dengan berhasilnya dicapai luka yang bersih, tidak terdapat infeksi atau kuman serta terbentuknya makrofag dan fibroblas, keadaan ini dapat dipakai sebagai pedoman/parameter bahwa fase inflamasi ditandai dengan adanya: eritema, hangat pada kulit, edema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4.
b.  Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari.

            Proses kegiatan seluler yang penting pada fase ini adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan, yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.
Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan penunjang. Sesudah terjaid luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang (proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin, hyaluronic acid, fibronectin dan profeoglycans) yang berperan dalam membangun (rekonstruksi) jaringan baru.
Fungsi kolagen yang lebih spesifik adalah membnetuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue matrix) dan dengan dikeluarkannnya subtrat oleh fibroblast, memberikan tanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai satu kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.
Sejumlah sel dan pembuluh darah baru yang tertanam di dalam jaringan baru tersebut disebut sebagai jaringan granulasi, sedangkan proses proliferasi fibroblas dengan aktifitas sintetiknya disebut fibroblasia.
Respons yang dilakukan fibroblas terhadap proses fibroplasia adalah:
a.       Proliferasi
b.      Migrasi
c.       Deposit jaringan matriks
d.      Kontraksi luka
Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proleferaswi proses penyembuhan luka. Kegagalan vaskuler akibat penyakit (diabetes), pengobatan (radiasi) atau obat (preparat steroid) mengakibatkan lambatnya proses sembuh karena terbentuknya ulkus yang kronis. Jaringan vaskuler yang melakukan invasi kedalam luka merupakan suatu respons untuk memberikan oksigen dan nutrisi yang cukup di daerah luka karena biasanya pada daerah luka terdapat keadaan hipoksik dan turunnya tekanan oksigen. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (grwth factors).
Proses selanjutnya adalah epitelisasi, dimana fibroblas mengeluarkan “keratinocyte growth factor (KGF) yang berperan dalam stimulasi mitosis sel epidermal. Keratinisasi akan dimulai dari pinggir luka dan akhirnya membentuk barrier yang menutupi permukaan luka. Dengan sintesa kolagen oleh fibroblas, pembentukan lapisan dermis ini akan disempurnakan kualitasnya dengan mengatur keseimbangan jaringan granulasi dan dermis. Untuk membantu jaringan baru tersebut menutup luka, fibroblas akan merubah strukturnya menjadi myofibroblast yang mempunyai kapasitas melakukan kontraksi pada jaringan. Fungsi kontraksi akan lebih menonjol pada luka dengan defek luas dibandingkan dengan defek luka minimal.
Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan dipercepat oleh berbagai growth factor yang dibentuk oleh makrofag dan platelet.

c. Fase Maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan tahunan.

            Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. . Tujuan dari fase maturasi adalah menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan garunalasi, warna kemerahan dari jaringan mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari ajringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan. Sintesa kolagen yang telah dimulai sejak fase proliferasi akan dilanjutkan pada fase maturasi. Kecuali pembentukan kolagen juga akan terjadi pemecahan kolagen oleh enzim kolagenase. Kolagen muda ( gelatinous collagen) yang terbentuk pada fase proliferasi akan berubah menjadi kolagen yang lebih matang, yaitu lebih kuat dan struktur yang lebih baik (proses re-modelling).
Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar, sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan parut dan luka akan selalu terbuka.
Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan ajringan kulit mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktivitas yang normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita, namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung dari kondisi biologik masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan kurang gizi, disertai dengan penyakit sistemik (diabetes melitus).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka :
Pengaruh sistemik :
1        Nutrisi
2        Gangguan pada darah
3        Diabetes mellitus
4        Hormon
Pengaruh lokal :
1        Aliran darah lokal
2        Infeksi
3        Benda asing
4        Imobilisasi luka
2.4 Proses Penyembuhan Fraktur
Tulang merupakan jenis jaringan ikat khusus yang telah mengalami diferensiasi dan spesialisasi yang tinggi. Karenanya, tulang memiliki kapasitas bereaksi yang terbatas dalam menghadapi kondisi yang abnormal. Reaksi yang dilakukan oleh tulang saat terpapar dengan kondisi abnormal di antaranya: kematian lokal, perubahan deposisi tulang, perubahan resorpsi tulang, dan kegagalan mekanik atau fraktur. Kematian lokal terjadi saat suatu area tulang tidak menerima suplai darah sama sekali. Kematian sel ini menjadi suatu abnormalitas lain yang menyebabkan jaringan di sekitarnya bereaksi dengan melakukan perubahan deposisi atau perubahan resorpsi. Sementara itu, fraktur terjadi apabila tulang menerima gaya berlebih dan gagal menahan tegangan yang ada, contohnya saat terjadi kecelakaan.
Waktu penyembuhan fraktur bervariasi secara individual dan berhubungan dengan beberapa faktor penting pada penderita, antara lain:
1        Umur penderita
Waktu penyembuhan tulang pada anak – anak jauh lebih cepat pada orng dewasa. Hal ini terutama disebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada daerah periosteum dan endoestium dan juga berhubungan dengan proses remodeling tulang pada bayi pada bayi sangat aktif dan makin berkurang apabila unur bertamba
2        Lokalisasi dan konfigurasi fraktur
Lokalisasi fraktur memegang peranan sangat penting. Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat dari pada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya dibanding dengan fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.
3        Pergeseran awal fraktur
Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua kali lebih cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar juga akan menyebabkan kerusakan periosteum yang lebih hebat.
4        Vaskularisasi pada kedua fragmen
Apabila kedua fragmen memiliki vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya tanpa komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian, maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan mungkin terjadi nonunion.
5        Reduksi dan Imobilisasi
Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
6        Waktu imobilisasi
Bila imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.
7        Adanya infeksi
Bila terjadi infeksi didaerah fraktur, misalnya operasi terbuka pada fraktur tertutup atau fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.
8        Gerakan aktif dan pasif anggota gerak
Gerakan pasif dan aktif pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi daerah fraktur tapi gerakan yang dilakukan didaerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu vaskularisasi.
Proses penyembuhan fraktur pada tulang terdiri dari 5 fase, yaitu :
1. Fase hematoma

Apabila tulang menyerap tekanan melampaui keelastikannya, kepatahan berlaku. Impak ini akan melibatkan sumsum tulang, periosteum, tisu lembut dan tisu hidup tulang tersebut dan mengganggu saraf serta bekalan darah di kawasan terlibat dan berlakunya nekrosis iskemik pada tempat yang fraktur.
Maka fraktur ini akan meransang sel osteosit yang tertinggal, membuatkan sel tersebut bertindak balas untuk membentuk sel baru (daughter cell). Proses ini biasanya mengambil masa sehingga 7 hari dari waktu impak.
Point : dalam 24 jam pertama mulai terbentuk darah beku dan fibrin yang masuk ke kawasan kepatahan. Bekalan darah di kawasan itu meningkat, lalu terbentuklah hematoma yang berkembang menjadi jaringan granulasi sehingga hari kelima.

2. Fase inflamasi dan proliferasi seluler.

Pada saat ini terjadi reaksi jaringan fibrous sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan. Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel – sel osteogenik yang berproliferasi dari periosteum untuk membentuk kalus eksternal serta pada bahagian endosteum membentuk kalus internal sebagai aktiviti sellular dalam kanal medular. Apabila terjadi trauma kuat pada periosteum, maka penyembuhan sel berasal dari diferansiasi sel – sel mesenkimal yang berdiferensiasi ke dalam jaringan fibrous. Pada tahap awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi penambahan jumlah dari sel – sel osteogenik yang memberi penyembuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor. Jaringan selluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu bahagian fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu mass yang meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologist, kalus belum mengandungi tulang sehingga merupakan suatu bahagian radioluscen.Fasa ini bermula pada minggu ke 2 – 3 setelah terjadinya fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 – 8.
Point : dalam waktu sekitar 5 hari , hematoma akan mengalami organisasi. Terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi dan invasi fibroblast dan osteoblast yang akan menhasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan.
3. Fase pembentukan kalus.

Gambar 6 : Fase Pembentukan Kalus
 


Setelah pembentukan jaringan selluler yang tumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang berasal dari osteoblast dan kemudian pada kondroblast membentuk tulang rawan. Tempat osteoblas diduduki oleh matriks interseluler kolagen dan perlekatan polisakarida oleh garam–garam kalsium pembentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut woven bone. Pada pemeriksaan radiologi, kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi radiologi pertama terjadinya bagi penyembuhan fraktur.
Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain bahagian fracture. Fragmen kepatahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan dan tulang serat imatur. Perlu waktu 3-4 minggu untuk frakmen tulang bergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.
4. Fase konsolidasi

Woven bone akan membentuk kalus primer dan secara perlahan–lahan diubah menjadi tulang yang lebih matang oleh aktiviti osteoblas yang menjadi struktur lamellar dan kelebihan kalus akan di serapbalik secara bertahap.Fasa 3 dan 4 bermula pada minggu ke 4 – 8 dan berakhir pada minggu ke 8 – 12 setelah terjadinya fraktur.
Point : Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam 2-3 minggu patah tulang melalui proses penulangan endokondrial. Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar bersatu. Proses ini memerlukan waktu 3-4 bulan.

5. Fase remodeling

Apabila penyatuan telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk bahagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang, tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fasa remodeling ini perlahan-lahan terjadi resorpsi secara osteoklastik, dan tetapi terjadi osteoblastik pada tulang. Kalus eksterna juga secara perlahan – lahan menghilang. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang compact dan berisi system haversian  dan kalus bahagian dalam akan mengalami peronggaan untuk membentuk sum-sum.Fasa terakhir ini bermula dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
Point : Tahap akhir dari perbaikan patah tulang. Dengan aktifinya osteoblas dan osteoclas, kalus mengalami pembentukan tulang sesempurna mungkin.









BAB III
PENUTUP

3.1. Simpulan
Regenasi sel adalah proses pembentukan sel untuk menggantikan sel yang mati yang diatur mulai tingkat terkecil dalam sel tubuh kita. Proses regenerasi dominan mulai usia anak-anak sampai kira- kira 30 tahun, kemudian setelah itu proses degenerasi yang paling dominan. Pada setiap kerusakan jaringan, akan diawali pembentukan jaringan ikat yang kaya pembuluh darah yang mengisi rongga yang ditinggalkan jaringan yang rusak dan  disebut jaringan granulasi. Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Proses penyembuhan luka ada tiga yaitu fase inflamasi, fase proliferatif dan fase maturasi. Sedangkan proses penyembuhan fraktur ada lima fase yaitu fase hematoma, fase inflamasi dan proliferasi, fase pembentukan kalus, fase konsolidasi, dan fase remodelling.
3.2. Saran
Mahasiswa sebaiknya memahami materi ini dengan baik. Sehingga paham dengan regenerasi sel, pemulihan jaringan, proses penyembuhan luka dan fraktur.














DAFTAR PUSTAKA

Dianita.2013. Proses Pemulihan Jaringan pada Sistem Dermatomuskuloskeletal dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. http://mediskus.com/wp-content/uploads/2013/05/penyembuhan-patah-tulang.jpg. Diakses pada tanggal 08 April 2015 pukul 16.30 Wita
Hiru .2011. GAMBARAN RONTGEN PROSES PENYEMBUHAN FRAKTUR TULANG. http://hiruandon0abulcasis.blogspot.com/2011/10/gambaran-rontgen-proses-penyembuhan.html. Diakses pada tanggal 05 April 2015 pukul 15.00 Wita
Neoanas.2012 .Regenerasi Sel.http://www.scribd.com/doc/42573426/REGENERASI-SEL#scribd. Diakses pada tanggal 09 April 2015 pukul 17.30 Wita
Pri’e.2009. Proses Penyembuhan Luka .http://perawatpskiatri.blogspot.com/2009/03/proses-penyembuhan-luka.html . Diakses pada tanggal 09 April 2015 pukul 18.00 Wita
Rudi.2014.Regenerasi sel. http://www.slideshare.net/marlboroman348/regenerasi-sel. diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 16.00 Wita
Sridianti.2014. Pengertian Regenerasi Sel dan Peran. http://www.sridianti.com/pengertian-regenerasi-sel-dan-peran.html . diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 15.00 Wita
titi.2013. Fraktur Inilah Proses Penyembuhan Patah Tulang.http://seperciktinta.blogspot.com/2013/02/fraktur-inilah-proses-penyembuhan-patah.html. pada tanggal 10 April 2015 pukul 16.00 Wita
Wahyudo,rian.2011. tahap- tahap penyembuhan fraktur.http://gardamd.blogspot.com/2011/01/tahap-tahap-penyembuhan-fraktur.html. diakses pada tanggal 10 April 2015 pukul 17.00 Wita