Total Pageviews

Saturday, September 27, 2014

STANDAR PENDIDIKAN KEPERAWATAN

Penataan Jenis dan Jenjang Pendidikan Keperawatan 1. Program Pendidikan D-III Keperawatan Sebagai perawat vokasional diharapkan memiliki tingkah laku dan kemampuan profesional, serta akuntabel dalam melaksanakan asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri di bawah supervisi. Di samping itu, mereka diharapkan memiliki kemampuan mengelola praktik keperawatan yang dilakukan sesuai dengan tuntutan kebutuhan klien serta memiliki kemampuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju secara tepat guna. 2. Program Pendidikan Ners Program Pendidikan Ners menghasilkan perawat ilmuwan(satuan keperawatan) dan profesional(Ners= “First Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah laku dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/ praktik keperawatan dasar(sampai dengan tingkat kerumitan tertentu) secara mandiri. Sebagai perawat profesional, akan dilakukan sesuai dengan kebutuhan objek klien dan melakukan supervisi praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional pemula. Selain itu, mereka dituntut untuk memiliki kemampuan dalam meningkatkan mutu pelayanan/ asuhan keperawatan dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang maju secara tepat guna, serta kemampuan melaksanakan riset keperawatan dasar dan penerapan yang sederhana. Program pendidikan ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagai pendidikan profesi. 3. Program Magister Keperawatan Program Magister keperawatan menghasilkan perawat ilmuwan(scientist) dengan sikap tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmu keperawatan. Sebagai perawat ilmuwan diharapkan mempunyai kemampuan berikut ini. 1) Meningkatkan pelayanan profesi dengan jalan penelitian dan pengembangan. 2) Berpartisipasi dalam pengembangan bidang ilmunya. 3) Mengembangkan penampilannya dalam spektrum yang lebih luas dengan mengaitkan ilmu/profesi yang serupa. 4) Merumuskan pendekatan penyelesaian berbagai masalah masyarakat dengan cara penalaran ilmiah(Keputusan Mendiknud No.056/U/1994-Pasal 2 Ayat 3). 4. Program Pendidikan Ners Spesialis Program pendidikan Ners Spesialis mengahasilkan perawat ilmuan (Megister) dan Profesional ( Ners Spesialis, “Second Profesional Degree”) dengan sikap, tingkah laku dan ketrampilan profesional serta akuntabel untuk melaksanakan asuhan/praktik keperawatan spesialistik. Ners Spesialis merupakan ilmuwan dalam bidang ilmu keperawatan klinik dengan kemampuan dan tanggung jawab sebagai ilmuan keperawatan klinik (SK Mendikbud No.056/U/1994). Dengan struktur ketenagaan keperawatan yang dihasilkan dari berbagai jenjang pendidikan tinggi seperti telah diuraikan diatas, diharapkan dapat menjawab tuntutan kebutuhan dan pembangunan keperawatan dimasa depan, khususnya di era kesejagatan. Mengingat perkembangan keperawatan masa kini sangat dipengaruhi oleh proses perkembangan sebelumnya, maka dalam tiap tahap perkembangannya masyarakat keperawatan perlu tetap mempertimbangkan sejarah perkembangan keperawatan di masa lalu dengan mengacu pada kecendrungan dalam mengatisipasi masalah yang akan datang. Sehingga tenaga keperawatan yang berkemampuan profesional dapat mengakomodasi kebutuhan dan tuntutan dalam era globalisasi dengan perannya sebagai praktisi, manager dan peneliti. Peran dan fungsi perawat akan berdampak juga dirasakan manfaatnya oleh masyarakat berupa pelayanan keperawatan yang bermutu dan kepuasan kerja keperawatan sendiri karena adanya otonomi. Mengingat saat ini keperawatan sebagai profesi masih terus dalam proses transisi, sehingga diperlukan pengembangan berbagai model praktik keperawatan profesional yang teruji dalam sistem pelayanan kesehatan yang selanjutnya diakui sebagai model praktik keperawatan dalam lingkup kewenangan keperawatan. Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia merupakan penyetara mutu pendidikan yang harus dipenuhi oleh Institusi Pendidikan Keperawatan di Indonesia, mencakup tujuh standar yaitu: 1. Standar 1 Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian. 2. Standar 2 Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu. 3. Standar 3 Mahasiswa dan Lulusan. 4. Standar 4 Sumber Daya Manusia. 5. Standar 5 Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik. 6. Standar 6 Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, Wahana Pembelajaran Klinik, serta Sistem Informasi. 7. Standar 7 Penelitian, Pengabdian/Pelayanan Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama. Masing-masing standar akan diuraikan sebagai berikut: 1. Standar 1: Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Strategi Pencapaian Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penyelenggaraan dan strategi program pendidikan keperawatan untuk meraih cita-cita di masa depan. Visi merupakan pernyataan tentang harapan atau cita-cita program pendidikan di masa depan. Sedangkan misi adalah cara untuk mencapai visi berupa deskripsi mengenai tugas, kewajiban, tanggung jawab dan rencana tindakan yang dirumuskan sesuai visi yang harus digunakan untuk pengembangan tridharma. Tujuan adalah rumusan tentang hasil khusus program studi dalam bentuk profil kompetensi yang diharapkan dari lulusan sesuai dengan kebutuhan dan tuntuan dari stakeholders. Sasaran program studi adalah target yang terukur sebagai indikator tingkat keberhasilan dari tujuan yang telah ditetapkan. Strategi dan upaya untuk mewujudkan visi, pelaksanaan misi, dan pencapaian tujuannya, dipahami dan didukung penuh komitmen serta melibatkan partisipasi seluruh pemangku kepentingan. Seluruh rumusan yang ada mudah dipahami, dijabarkan secara logis, sekuen dan pengaturan langkah-langkahnya mengikuti alur fikir (logika) yang secara akademik wajar. Strategi yang dirumuskan berdasarkan analisis kondisi yang komprehensif, menggunakan metode dan instrumen yang sahih dan handal, sehingga menghasilkan landasan langkah-langkah pelaksanaan dan kinerja yang sistematis, saling berkontribusi dan berkesinambungan. Kesuksesan di salah satu sub-sistem akan berkontribusi terhadap sub sistem yang lain. Strategi serta keberhasilan pelaksanaannya diukur dengan ukuran-ukuran yang mudah dipahami seluruh pemangku kepentingan. Keberhasilan pelaksanaan misi menjadi landasan pencapaian keberhasilan visi. Keberhasilan pencapaian tujuan dengan sasaran yang memenuhi syarat rumusan yang baik, menjadi cerminan keterlaksanaan misi dan strategi dengan baik. Dengan demikian, rumusan visi, misi, tujuan dan strategi merupakan satu kesatuan wujud cerminan integritas yang terintegrasi dari program pendidikan keperawatan. 2. Standar 2: Tata Pamong, Kepemimpinan, Sistem Pengelolaan, dan Penjaminan Mutu Standar ini adalah acuan keunggulan mutu tata pamong (governance), kepemimpinan, sistem pengelolaan, dan sistem penjaminan mutu program pendidikan keperawatan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi yang menjadi kunci penting bagi keberhasilan program pendidikan keperawatan. Tata pamong program studi yang baik (good governance), dibangun dengan kepemimpinan yang kuat (strong leadership) yang dapat mempengaruhi seluruh perilaku individu dan kelompok dalam pencapaian tujuan. Kepemimpinan yang kuat adalah kepemimpinan yang visioner (yang mampu merumuskan dan mengartikulasi visi yang realistik, kredibel, menarik tentang masa depan). Kepemimpinan program pendidikan keperawatan harus secara efektif memberi arah, motivasi dan inspirasi untuk mewujudkan visi, melaksanakan misi, mencapai tujuan dan sasaran melalui strategi yang dikembangkan. Kepemimpinan efektif mengarahkan dan mempengaruhi perilaku semua unsur dalam program studi, mengikuti nilai, norma, etika, dan budaya organisasi yang disepakati bersama, serta mampu membuat keputusan yang tepat dan cepat. Sistem pengelolaan yang dikembangkan dapat menjamin berkembangnya kebebasan akademis dan otonomi keilmuan pada program studi, serta mendorong kemandirian dalam pengelolaan akademik, operasional, personalia, keuangan dan seluruh sumber daya yang diperlukan untuk meraih keunggulan mutu yang diharapkan. Untuk itu program pendidikan keperawatan memiliki perencanaan yang matang, struktur organisasi dengan organ, tugas pokok dan fungsi serta personil yang sesuai, program pengembangan staf yang operasional, dilengkapi dengan berbagai pedoman dan manual yang dapat mengarahkan dan mengatur program pendidikan keperawatan, serta sistem pengawasan, monitoring dan evaluasi yang kuat dan transparan. Sistem penjaminan mutu mencerminkan pelaksanaan continuous quality improvement pada semua rangkaian sistem manajemen mutu (quality management system) dalam rangka memenuhi kepuasan pemangku kepentingan (customer satisfaction). Upaya penjaminan mutu merupakan satuan organisasi yang bertanggung jawab, memiliki strategi, tujuan, standar mutu, prosedur, mekanisme, sumber daya (manusia dan non-manusia), kegiatan, sistem informasi, dan evaluasi, yang dirumuskan secara baik, dikomunikasikan secara meluas, dan dilaksanakan secara efektif, untuk semua unsur program studi. Penjaminan mutu terdiri dari penjaminan mutu internal dan eksternal. Penjaminan mutu internal menyangkut input, proses, output, dan outcome dalam sistem program studi itu sendiri, antara lain melalui audit internal dan evaluasi diri. Sedangkan penjaminan mutu eksternal berkaitan dengan akuntabilitas program studi terhadap para pemangku kepentingan (stakeholders), melalui audit dan asesmen eksternal misalnya mekanisme sertifikasi, akreditasi, audit oleh pemerintah dan publik, dan sebagainya. 3. Standar 3: Mahasiswa dan Lulusan Standar ini adalah acuan keunggulan mutu mahasiswa dan lulusan. program pendidikan keperawatan harus memiliki sistem seleksi yang handal, akuntabel, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders). Standar ini adalah upaya program untuk memberikan kompetensi yang dibutuhkan mahasiswa agar menjadi lulusan yang mampu bersaing. Standar ini mencakup bagaimana seharusnya program studi keperawatan memperlakukan dan memberikan layanan prima kepada mahasiswa dan lulusannya. Upaya program studi pendidikan keperawatan untuk memperoleh mahasiswa yang bermutu tinggi dilakukan melalui sistem dan program rekrutmen, seleksi, pemberian layanan akademik/ fisik/sosial-pribadi, monitoring dan evaluasi keberhasilan mahasiswa (outcome). Lulusan yang bermutu tinggi diperoleh melalui penelaahan kebutuhan dan kepuasan mahasiswa serta pemangku kepentingan, sehingga memungkinkan program studi mengelola pendidikan sesuai harapan. Mahasiswa adalah kelompok pemangku kepentingan internal yang harus mendapatkan manfaat, dan sekaligus sebagai pelaku proses pembentukan nilai tambah dalam penyelenggaraan pendidikan keperawatan yang bermutu tinggi. Mahasiswa merupakan pembelajar yang membutuhkan pengembangan diri secara holistik yang mencakup unsur fisik, mental, dan kepribadian sebagai sumber daya manusia yang bermutu di masa depan. Oleh karena itu, selain layanan akademik, mahasiswa perlu mendapatkan layanan pengembangan minat dan bakat dalam bidang spiritual, seni budaya, olahraga, kepekaan sosial, pelestarian lingkungan hidup, serta bidang kreativitas lainnya. Mahasiswa perlu memiliki nilai-nilai profesionalisme, kemampuan adaptif, kreatif dan inovatif dalam mempersiapkan diri memasuki dunia profesi dan atau dunia kerja. Lulusan adalah status yang dicapai mahasiswa setelah menyelesaikan proses pendidikan keperawatan sesuai dengan persyaratan kelulusan yang ditetapkan. Lulusan pendidikan keperawatan memiliki ciri penguasaan kompetensi termasuk hard skills dan soft skills sesuai dengan jenjang pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam sasaran mutu serta dibuktikan dengan kinerja lulusan di masyarakat sesuai dengan profesi dan bidang ilmu keperawatan. 4. Standar 4: Sumber Daya Manusia Standar ini merupakan acuan keunggulan mutu sumber daya manusia, serta bagaimana seharusnya Program Pendidikan keperawatan memperoleh dan mendayagunakan sumber daya manusia serta memberikan layanan prima untuk mewujudkan visi, melaksanakan dan menyelenggarakan misi, dan mencapai tujuan program pendidikan keperawatan. Sumber daya manusia program pendidikan keperawatan adalah dosen dan staf kependidikan (pustakawan, laboran, teknisi, dan tenaga kependidikan lainnya) yang bertanggung jawab atas pencapaian Tridharma perguruan tinggi. Dosen adalah komponen sumber daya utama pada program pendidikan keperawatan yang merupakan pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas pokok dan fungsi mengakuisisi, mentransformasikan, mengembangkan, menyebarluaskan, menerapkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat. Program pendidikan keperawatan merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program peningkatan mutu dosen untuk mewujudkan visi, menyelenggarakan misi, dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Program pendidikan keperawatan menjalin kerja sama dengan program studi lain dan lembaga mitra lainnya untuk memperoleh dosen tidak tetap yang kompeten yang sangat dibutuhkan dalam pencapaian tujuan pendidikan keperawatan. Program pendidikan keperawatan memiliki sistem pengelolaan mutu yang memadai untuk pembinaan dan peningkatan mutu tenaga kependidikan, baik bagi pustakawan, laboran, teknisi, staf administrasi, dan tenaga kependidikan lainnya. Program pendidikan keperawatan yang baik memiliki tenaga kependidikan dengan jumlah, kualifikasi dan mutu kinerja yang sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan program. 5. Standar 5: Kurikulum, Pembelajaran, dan Suasana Akademik Standar ini adalah acuan keunggulan mutu kurikulum, pembelajaran, dan suasana akademik untuk menjamin mutu penyelenggaraan program pendidikan keperawatan. Kurikulum adalah rancangan seluruh kegiatan pembelajaran mahasiswa sebagai rujukan program pendidikan keperawatan dalam merencanakan, melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi seluruh kegiatannya untuk mencapai tujuan. Kurikulum disusun berdasarkan kajian mendalam tentang hakekat keilmuan bidang keperawatan dan kebutuhan pemangku kepentingan terhadap bidang ilmu dan penjaminan tercapainya kompetensi lulusan pendidikan perawat dengan memperhatikan standar mutu dan visi, misi program pendidikan keperawatan. Kurikulum dan pedoman pendidikan keperawatan mencakup struktur, tata urutan, kedalaman, keluasan, dan penyetaraan komponen tertentu. Pembelajaran adalah pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa dari kegiatan belajar, seperti perkuliahan, praktik di laboratorium, praktik klinik, praktik komunitas, pelatihan, diskusi, lokakarya, seminar, dan tugas-tugas pembelajaran lainnya. Dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan berbagai pendekatan, strategi, dan teknik yang menantang agar dapat mengkondisikan mahasiswa berfikir kritis, bereksplorasi, berkreasi, dan bereksperimen dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pendekatan pembelajaran yang digunakan berpusat pada mahasiswa (student centered learning) dengan kondisi pembelajaran yang mendorong mahasiswa untuk belajar mandiri dan kelompok. Proses pembelajaran juga mencakup evaluasi untuk mengetahui sampai di mana mahasiswa mampu mencapai tujuan pembelajaran, dan menggunakan hasilnya dalam membantu mahasiswa memperoleh hasil yang optimal. Evaluasi hasil belajar mencakup semua ranah belajar dan dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel dengan menggunakan instrumen yang sahih dan andal, serta menggunakan Penilaian Acuan Patokan (criterion-referenced evaluation). Evaluasi hasil belajar difungsikan untuk mengukur prestasi akademik mahasiswa dan memberi masukan mengenai efektivitas proses pembelajaran. Suasana akademik adalah kondisi yang dibangun untuk menumbuh kembangkan semangat dan interaksi akademik antara mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, pakar, dosen tamu, dan narasumber untuk meningkatkan mutu kegiatan akademik, di dalam maupun di luar kelas. Suasana akademik yang baik ditunjukkan dengan perilaku yang mengutamakan kebenaran ilmiah, profesionalisme, kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademik, serta penerapan etika akademik secara konsisten. 6. Standar 6: Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, Wahana Pembelajaran Klinik, serta Sistem Informasi Standar ini adalah acuan keunggulan mutu pembiayaan, sarana dan prasarana termasuk wahana pembelajaran klinik, serta sistem informasi yang mampu menjamin mutu penyelenggaraan program pendidikan keperawatan. Sistem pengelolaan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sistem informasi harus menjamin kelayakan, keberlangsungan, dan keberlanjutan program pendidikan keperawatan. Agar proses penyelenggaraan Program pendidikan keperawatan yang dikelola dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien, maka program studi keperawatan harus memiliki akses yang memadai, baik dari aspek kelayakan, mutu maupun kesinambungan terhadap pendanaan, prasarana dan sarana, serta sistem informasi. Standar pendanaan, prasarana dan sarana serta sistem informasi merupakan elemen penting dalam penjaminan mutu akreditasi yang merefleksikan kapasitas program studi keperawatan didalam memperoleh, merencanakan, mengelola, dan meningkatkan mutu perolehan sumber dana, prasarana dan sarana serta sistem informasi yang diperlukan guna mendukung kegiatan Tridharma. Tingkat kelayakan dan kecukupan akan ketersediaan dana, prasarana dan sarana serta system informasi yang dapat diakses oleh program studi sekurang-kurangnya harus memenuhi standar kelayakan minimal. Program studi harus terlibat dalam pengelolaan, pemanfaatan dan kesinambungan ketersediaan sumber daya yang menjadi landasan dalam menetapkan standar pembiayaan, prasarana dan sarana serta sistem informasi. Program studi harus berpartisipasi aktif dalam penyusunan rencana kegiatan dan anggaran tahunan untuk mencapai target kinerja yang direncanakan (pendidikan, penelitian dan pelayanan/pengabdian kepada masyarakat). Program studi harus memiliki akses yang memadai untuk menggunakan sumber daya guna mendukung kegiatan Tridharma program studi. Pembiayaan meliputi usaha penyediaan, pengelolaan serta peningkatan mutu anggaran yang memadai untuk mendukung penyelenggaraan program pendidikan keperawatan yang bermutu sebagai lembaga nirlaba. Sarana dan prasarana untuk mendukung penyelenggaraan program pendidikan keperawatan memenuhi kelayakan, baik dari sisi jenis, jumlah, luas, waktu, tempat, legal, guna, maupun mutu. Kelengkapan dan mutu dari sumber daya ini juga sangat penting sehingga memerlukan pengoperasian dan perawatan yang memadai. Sesuai dengan misi program studi, mahasiswa mempunyai akses terhadap fasilitas dan peralatan serta mendapatkan pelatihan untuk menggunakannya. Pengelolaan prasarana dan sarana pada program studi memenuhi kecukupan, kesesuaian, aksesibilitas, pemeliharaan dan perbaikan, penggantian dan pemutakhiran, kejelasan peraturan dan efisiensi penggunaannya. Wahana pembelajaran klinik dan komunitas yang memadai merupakan komponen yang sangat penting untuk membentuk perawat menjadi professional sejak dari masa pendidikannya. Belajar di tatanan nyata seperti di klinik/rumah sakit dan komunitas, bertujuan untuk menumbuhkan sikap professional melalui berbagai metoda dan media pembelajaran. Berbagai kasus dan penyelesaian masalah dipelajari melalui model peran yang didemonstrasikan oleh perawat yang bekerja di wahana praktik serta belajar berinteraksi dengan pasien, sejawat senior dan tim kesehatan lain melalui berbagai metoda. Metoda ini meliputi diskusi kasus, ronde keperawatan, bedside teaching, presentasi, simulasi atau bermain peran, dan preceptorship serta pendidikan kesehatan kepada pasien. Seluruh proses pembelajaran mahasiswa dilaksanakan secara dinamis dan terbuka terhadap perubahan serta penyesuaian sehingga dapat menumbuhkan kompetensi professional yang kokoh sebagai perawat. Program pendidikan keperawatan memiliki jaminan akses dan pendayagunaan system manajemen dan teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan dan penyelenggaraan program pendidikan, kegiatan operasional, dan pengembangan program studi. Sistem manajemen informasi secara efektif dapat didayagunakan untuk mendukung proses pengumpulan data, analisis, penyimpanan, pengunduhan (retrieval), presentasi data dan informasi, dan komunikasi dengan pihak berkepentingan. Sistem pengelolaan informasi dan teknologi informasi mencakup pengelolaan masukan, proses, dan luaran informasi, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan pengetahuan untuk mendukung penjaminan mutu penyelenggaraan program pendidikan keperawatan. 7. Standar 7: Penelitian, Pengabdian/ Pelayanan Kepada Masyarakat, dan Kerja Sama Standar ini adalah acuan keunggulan mutu penelitian, pelayanan dan/atau pengabdian kepada masyarakat, dan kerjasama yang diselenggarakan terkait dengan pengembangan mutu program pendidikan keperawatan. Penelitian adalah salah satu tugas pokok pendidikan tinggi yang memberikan kontribusi dan manfaat kepada proses pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta peningkatan mutu kehidupan masyarakat. Program studi keperawatan harus memiliki sistem perencanaan, pengelolaan, dan implementasi program penelitian yang menjadi unggulan. Sistem pengelolaan ini mencakup akses dan pengadaan sumber daya serta layanan penelitian bagi pemangku kepentingan. Sistem ini juga memiliki peta jalan (road map), melaksanakan penelitian serta mengelola dan meningkatkan mutu hasilnya dalam rangka mewujudkan visi, melaksanakan misi, dan mencapai tujuan yang dicita-citakan institusi. Program studi keperawatan harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar dosen dan mahasiswa secara kreatif dan inovatif menjalankan peran dan fungsinya sebagai pelaku utama penelitian yang terencana dan bermutu. Program studi keperawatan memfasilitasi dan melaksanakan kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian dalam berbagai bentuk, antara lain penyelenggaraan forum/seminar ilmiah, presentasi ilmiah dalam forum nasional dan internasional, publikasi dalam jurnal nasional terakreditasi dan/atau internasional yang bereputasi. Pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan sebagai perwujudan kontribusi kepakaran, kegiatan pemanfaatan hasil pendidikan, dan/atau penelitian dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni untuk kemaslahatan masyarakat. Pelayanan kepada masyarakat dalam upaya memenuhi permintaan dan/atau memprakarsai peningkatan mutu kehidupan bangsa. Program studi keperawatan harus memiliki sistem pengelolaan kerja sama dengan pemangku kepentingan eksternal dalam rangka penyelenggaraan dan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Hasil kerjasama dikelola dengan baik untuk kepentingan akademik sebagai akuntabilitas lembaga nirlaba. Program studi keperawatan yang baik mampu merancang dan mendayagunakan program kerjasama yang melibatkan partisipasi aktif program studi dan memanfaatkan serta meningkatkan kepakaran dan mutu sumber daya. Akuntabilitas pelaksanaan Tridharma dan kerjasama program studi keperawatan diwujudkan dalam bentuk keefektifan pemanfaatannya untuk memberikan kepuasan pemangku kepentingan terutama mahasiswa. SOAL 1. Standar pendidikan keperawatan mencakup tingkatan berikut ini, kecuali? a. Diploma III Keperawatan b. Pendidikan Ners c. Pendidikan Magister d. Pendidikan Spesialis Ners e. Program Pendidikan Profesor 2. Standar pendidikan keperawatan dapat diartikan sebagai? a. Peningkatan mutu b. Penyetaraan mutu c. Penurunan mutu d. Perbaikan mutu e. Penyempurnaan mutu 3. Standar dalam pendidikan keperawatan mencakup berapa standar dalam pencapaian tujuannnya a. 1 c. 4 e. 7 b. 3 d. 6 4. Upaya program studi pendidikan keperawatan untuk memperoleh mahasiswa yang bermutu tinggi dapat di tempuh dengan beberapa cara diantaranya, kecuali? a. Sistem dan program rekrutmen b. Seleksi c. Pemberian layanan akademik/fisik/sosial-pribadi d. Monitoring dan evaluasi keberhasilan mahasiswa (outcome) e. Pelatihan mahasiswa 5. Dalam standar keperawatan menghendaki tercapainya? a. Tri Darma Perguruan Tinggi b. Harmonisasi c. Persatuan d. Kedamaian e. Kesinambungan KUNCI JAWABAN 1. E 2. B 3. E 4. E 5. A SIMPULAN Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia ini disusun mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku di Republik Indonesia dan standar pendidikan keperawatan yang berlaku di negara lain serta mengacu pada naskah akademik pendidikan keperawatan, standar kompetensi, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) serta perkembangan profesi keperawatan terkini. Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia terdiri atas Standar Pendidikan Diploma Tiga, Pendidikan Ners, Pendidikan Magister, Pendidikan Spesialis Keperawatan dan Program Pendidikan Doktor. Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia merupakan penyetara mutu pendidikan yang harus dipenuhi oleh Institusi Pendidikan Keperawatan di Indonesia, mencakup tujuh standar. Searah dengan tingkat perkembangan profesi keperawatan, maka Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia ini akan ditinjau secara berkala sesuai dengan tingkat kebutuhan dimasa kini dan yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Edu,Academica. Standar Pendidikan Keperawatan PDF. https://www.academia.edu/4048832/Standar_Pendidikan_Keperawatan_PDF (Diakses tanggal 24 September 2014). Ferry Efendi, Nursalam.2012.Pendidikan dalam Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.

Saturday, September 20, 2014

Membuat Widget Jejaring Sosial di Blog

Cerita Remaja (Kita)

Sore itu aku duduk2 di teras belakang rumah.sambil liatin ikan hias piaraan papa di kolam kecil samping teras.aku masih memikirkan kata2 Vicka teman baikku di sekolah “mau sampai kapan kamu menjalin hubungan terlarang kamu sama Dicky,inget grace kamu udah di jodohin sama Winston!”.”vick..aku itu masih 18 tahun pernikahan ku sama winston itu toh masih nanti kalo aku lulus kuliah.masih 5 tahunan lagi.aku cinta sama Dicky vick.aku gag cinta sama Winston.”..”bukannya aku maksa kamu say..tapi kasian dicky nantinya.kamu bisa lihat kan betapa dicky cinta sama kamu…gimana nanti kalo saat dicky semakin mencintai kamu,kamu malah menikah dengan orang lain.pikirin perasaannya dicky”. 

hhuuhh…..Aku menghela napas panjang.rumit nya kisah cintaku…aku hanya ingin bahagia dengan orang yang aku cintai kenapa sesulit ini.bulan depan aku sudah lulus dari SMA itu artinya aku akan ninggalin indonesia.karena mama dan papa ingin aku kuliah di singapore.di kampus yang sama dengan Wins..anak temen papa sekaligus temen kecil aku.orang tuaku dan Wins udah sepakat menjodohkan kami nantinya.awalnya aku setuju2 aja.tapi semenjak aku mengenal dicky semua berubah….. 


“Grace!! Ada telfon dari Wins”teriak mama dari dalam yang memecahkan semua lamunanku tentang dicky
“iya ma.. bentar”
“Halo Grace!”terdengar suara Wins dari seberang sana
“Hai Wins…tumben telfon aku”
“Tumben???bukannya emang 2hari sekali aku telfon kamu yaa??”
“oh eh I iya Wins..lupa..”jawabku gugup
“Lupa??kamu kenapa sih hun?ada masalah ya kok gak konsen gitu.apa aku ganggu kamu nih”
“oh…gak kok wins sory sory….lagi banyak pikiran nih biasa deg deg an nunggu pengumuman kelulusan”
“oh.kamu pasti lulus kok sayang percaya deh sama aku…”
“Wins sory nih aku ngantuk banget telfonnya besok lagi aja ya…muach ” 

Aku langsung menutup telfon wins,jujur aku merasa sangat bersalah pada wins.dia selalu baik sama aku.tapi aku malah kaya gini.aku menuju ke kamarku,aku rebahkan tubuh aku.aku mulai memejamkan mataku.setelah itu aku hanyut dalam khayalan ku tentang Dicky
Esoknya aku menemui Dicky aku ceritakan semua padanya.mulai dari perjodohan ku dengan wins dan tentang rencana papa yang mau nguliahin aku ke luar negri.aku kira dicky akan marah mendengar pernyataan aku,tapi dia malah memeluk aku, 


“aku gak peduli kamu mau menikah dengan siapa nantinya.yang pasti aku bahagia banget bisa merasakan cinta dari kamu.”aduhhh kenapa dicky malah bicara kayak gitu aku malah semakin merasa bersalah padanya
“kamu kenapa gak marah aja sih dik,aku malah jadi makin sedih denger kamu ngomong kaya gitu”
“ada suatu hal yang bikin aku gag sedih kamu punya wins,jadi aku bisa tenang sekarang karena ada yang mencintai kamu dan lebih bisa membahagiakanmu nantinya sayang.karena aku gak mungkin selamanya di samping kamu” 


“sayang…kamu ngomong apa sih??”jujur aku merasa ada yang mengganjal dari kata2 diky tadi.merasa sedih gak karuan.perasaan apa ini
“oiya sayang kamu tinggal 1 bulan kan disini.mending kita susun rencana2 aja yank.pokoknya 1 bulan ini harus kita isi dengan kenangan2 indah yang tak terlupakan.biar gak ada yang menyesal nantinya.okey?”
aku menganggukkan kepalaku,Diky tersenyum padaku,senyum yang aku rasa aneh..
1 bulan terakhirku di indonesia aku lewati berdua dengan dicky.jalan2 ke mall,piknik ke pantai,puncak,hampir semua tempat wisata di kota kami kunjungi.bahagia banget.aku semakin sayang pada dicky.dan semakin gak sanggup meninggalkan dia nantinya.Hari terakhir kami lewati di pantai.Sebuah pantai berpasir putih di tengah desa yang tidak banyak orang yang tahu. 


“sayang”kata dicky…”apa sayy…”jawabku .”apa pesan dan kesan kamu selama 1 bulan ini full sama aku??”
“ya ampunn kaya pelajaran bahasa aja deh kamu pake pesan dan kesan segala”
“hahaha….iya donk mau rekam nih sayang.aku udah bawa alat perekamnya nih”
“ihh ya ampun segitunya…ehmm apa ya…bingung sayang”
“ungkapin apa yang ada di hati kamu.ungkapin semua yang kamu pikirkan tentang aku.siap yaaa”
aku mulai mengungkapkan perasaanku 


“Dicky sayang…makasih banget buat 1 bulan yang indah ini ya.aku gak akan pernah melupakan kenangan kita ini.aku…sangat sangat mencintai kamu.lebih dari apapun dik.maafin aku gak bisa kasih cinta yang sempurna buat kamu.tapi jujur aku sangat ingin hidup berdua dengan kamu selamanya.maafin aku….”selesai aku bicara aku melihat mata dicky menahan air matanya.ya…Tuhan hancur banget rasanya liat dia nangis kaya gitu.aku merasa jadi orang paling jahat sekarang.aku memeluk dicky erat.dicky pun membalas pelukan aku. 


“Grace..kamu jaga diri baik2 ya…kamu harus bahagia.dengan atau tanpa aku sayang.meskipun aku gak ada di samping kamu.tapi aku selalu ada di hati kamu sampai kapanpun”kata2 dicky di ucapkan dengan sangat lembut bahkan nyaris tidak terdengar.tapi hati aku bisa merasakan kepedihan yang sangat dalam di hati dicky.
Besoknya adalah pesta perpisahan di sekolahku.tapi dari tadi aku gak lihat sosok dicky.perasaan kawatir pun muncul di hati aku.aku coba menghubungi ponselnya tapi gak aktif.aku telfon rumahnya pembantunya bilang dicky udah berangkat dari sejam yang lalu.astaga dia kemana.kenapa saat terakhir aku disini kamu malah gak ada dik.kamu dimana??sampai acara selesai dicky gak juga muncul di sekolah.aku berjalan pelan di koridor sekolahku.terbayang masa2 aku dengan dicky.tawa,canda,dan bahkan tangis menghiasi cinta terlarang kami.sayang kamu dimana…aku pengen meluk kamu untuk terakhir kalinya…..sampai di gerbang mama dan papa udah nunggu aku,aku harus berangkat ke singapore hari ini juga.aku menuju ke mobil sambil sesekali menoleh ke belakang berharap dicky datang menghampiri aku.tapi gak ada.aku masuk ke mobil.tapi pandangan ku tetap ke arah belakang.perlahan mobil aku mulai berjalan.belum lama mobil kami berjalan seperti ada yang memanggilku.”Dicky”seruruku 


“kamu kenapa grace..dicky siapa??”
“aku denger ada yang manggil aku mah”lalu aku menoleh ke belakang tapi gag ada siapa2 di sana.tapi hati aku yakin ada yang memanggilku dan itu suara dicky.aku gak mungkin salah.”gak ada siapa2 sayang”kata papa
Aku udah pasrah….mungkin Tuhan belum ijinkan aku bertemu dengan dicky…tapi aku berjanji pada diriku sendiri aku pasti kembali ke sini. 



***

2 tahun kemudian……..
aku mengambil cuti kuliah 1 bulan.dan memutuskan untuk pulang ke indonesia.aku kangen sama mama papa.dan yang pasti aku sangat merindukan dicky.seperti apa dia sekarang….senyumku mengembang membayangkan Wajah Dicky.gak sabar pengen langsung menemuinya.siang itu juga aku pamit sama mama mau pergi ke rumah vicka.sesampai di rumah vicka dia menyambut aku dengan kebawelannya yang khas.
“Gracee!!! Ya ampun kangen banget, kapan sampe sini kok gak kabar2 aku sihh..jahat banget,masuk dulu yuk” 


“iya iya tapi abis ini anterin aku ke tempat dicky yaa..”
Vicka terlihat kaget mendengar ucapan aku.perasaan ku mendadak gak enak.
“kenapa vick??kok kayaknya kamu kaget banget??”
“kita ceritanya di dalem aja yaaa”
sesampainya di dalem vicka suruh aku duduk di kamarnya.vicka kelihatan sangat serius.mau gak mau aku jadi semakin gak tenang 


“kenapa vik?ada apa sebenernya.dicky gak apa2 kan dia baik2 aja kan”
“Grace….maafin aku gak crita soal ini ke kamu.plis janji jangan marah”
“iya aku janji…”
Vicka mulai bercerita
“2 tahun yang lalu saat pesta perpisahan dicky gag bisa dateng ke pesta karena dia mau beliin kamu bunga tapi sayangnya dia malah kejebak macet..hapenya mati dan gak bisa hubungin kamu.saat kamu pulang selang beberapa menit aja dicky dateng dia lari ngejar mobil kamu.tapi mobil kamu terlanjur jauh.dicky teriakin nama kamu sekencang mungkin bahkan banyak yang lihat kejadian itu.lalu ada beberapa tukang ojek yang mangkal di depan sekolah.dicky minjem salah satu motor milik tukang ojek di situ buat ngejar kamu..tapii….”kata2 vicka terhenti.prsaan aku sangat gag karuan saat itu.”tapi apa vik?” 


“tapi naas dicky di tabrak truk dari arah samping grace…..”
“trus dicky gimana dia gak kenapa2 kan vik dia baik2 aja kan?”
“setelah kejadian itu dicky masih bisa bernafas grace.orang2 disitu bawa dia ke RS termasuk aku.aku nungguin dia sampai sadar.ayah dan ibunya gak ada yang dateng.sekitar 1 jam kemudian dokter keluar.dokter bilang dicky ingin ketemu aku”aku masuk ke kamar UGD.aku lihat nafas dicky udah tersengal2 grace.dia nitip tape recorder ini buat kamu.dia bilang aku harus jaga kamu.karena dia udah gak bisa lagi jaga kamu.setelah dia mengatakan hal itu.Nafasnya berhenti grace..Dicky udah gak ada.dia udah tenang di sana sayang….” 


Aku terdiam…tubuh aku jadi sangat lemas mendengar cerita vika.
“grace jangan diem aja kalo mau nangis, nangis aja gak apa2”
“DICKY!!!!!!!!!!kenapa secepat ini vick…aku belum bisa ngebahagiain diaa”aku nangis sejadi2nya.menyesal,dan kecewa kenapa di saat terakhir dicky aku gak ada di sampingnya….andai saja waktu itu aku bisa menunggunya sebentar saja pasti gak akan kayak gini jadinya.andai saja waktu aku mendengar suaranya aku mau berhenti! 


Aku menerima rekaman pemberian dicky dari vika.setelah itu vika mengantarkan aku pulang.
aku masuk ke kamarku.aku rebahkan tubuhku.aku ambil rekaman dari dicky.aku putar perlahan….ternyata itu adalah rekaman suaraku waktu di pantai di hari terakhir aku bertemu dengannya.aku dengarkan sampai selesai.saat kata2ku di dalam rekaman itu selesai aku meletakkan nya di dada ku.tapi ternyata masih ada suara lagi.ternyata dicky menambahkan isi rekaman itu denagn kata2nya. 


Dicky::Grace sayang….mungkin memang kisah cinta kita gak sesempurna yang kita inginkan.tapi kamu adalah yang tersempurna yang pernah aku miliki.aku mencintai kamu melebihi diriku sendiri.suatu saat nanti kalau kita ketemu mungkin kamu udah mengendong anak kamu dengan winston yang manis2.dan aku akan memandang kamu dari jauh sayang.aku ikut tersenyum untuk kebahagiannmu.I love You My Princess… 


Ya..Tuhan..penyeslan yang teramat dalam aku rasakan sekarang…..
Dicky…aku janji aku akan bahagia buat kamu.tenang di sisiNya ya sayang…..I love You My Soumate…..
3 tahun kemudian aku akhirnya menikah dengan Winston.kami di karuniai 2 anak….dan memutuskan untuk menetap di singapore.tapi dicky…selamanya kenangan akan dia tidak akan pernah hilang……
Love U Dicky….

The End


Semangat untuk ENGLISH ;)


Tutorial Mengetik dengan 10 Jari Tangan. Selamat Berlatih ;)


Hubungan Agama dengan Kesehatan(Khususnya Agama Katolik)

BAB I A.    PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan sarana yang paling utama untuk memberikan respon konstruktif terhadap permasalahan kehidupan sehari-hari, agar kualitas kehidupan manusia semakin meningkat. Menyadari akan pentingnya posisi strategis pendidikan sebagai sarana memajukan peradaban bangsa, Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan kepada pemerintah agar menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah telah menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional.Menurut Undang-undang tersebut tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis, serta bertanggung jawab.Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu  dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi  menjadi sebuah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan  keluarga, sekolah maupun masyarakat.Pendidikan  Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut  pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.Dari pengalaman dapat dilihat bahwa apa yang diketahui (pengetahuan, ilmu) tidak selalu  membuat hidup seseorang sukses dan bermutu. Tetapi kemampuan, keuletan dan kecekatan seseorang untuk mencernakan dan mengaplikasikan apa yang diketahui dalam hidup nyata, akan membuat hidup seseorang sukses dan bermutu.  Demikian pula dalam kehidupan beragama. Orang tidak akan beriman dan diselamatkan oleh apa yang ia ketahui tentang imannya, tetapi terlebih oleh pergumulannya bagaimana ia menginterpretasikan dan mengaplikasikan pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Seorang beriman yang sejati seorang yang senantiasa berusaha untuk melihat, menyadari dan menghayati kehadiran Allah dalam hidup nyatanya, dan berusaha untuk melaksanakan kehendak Allah bagi dirinya dalam konteks hidup nyatanya. Oleh karena itu Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup nyatanya. Dengan demikian proses ini mengandung unsur  pemahaman iman, pergumulan iman, penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan  semakin memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik. 1.      Konsep Kunci
a.       Pembentukan akhlak berdasarkan Agama Katolik.
b.      Etika menurut Agama Katolik serta akhlak beragama.
c.       Hubungan Agama Katolik dengan kesehatan.
2.      Petunjuk
a.       Pelajari materi BAB I dengan tekun dan disiplin.
b.      Penyajian setiap BAB meliputi : Judul BAB, pendahuluan, konsep-konsep kunci, petunjuk, tujuan umum pembelajaran, tujuan khusus pembelajaran, paparan materi, tugas dan latihan, rangkuman, dan soal-soal akhir BAB yang disertai dengan kunci jawaban.
c.       Dalam uraian materi terdapat test sambil jalan. Test ini dapat menjadi tuntunan pembaca dalam memahami uraian bahan ajar demi bagian.
d.      Kerjakan soal-soal latihan dan soal akhir BAB dengan tekun dan disiplin!
e.       Bacalah sumber-sumber pendukung untuk memperdalam pengetahuan dan wawasan anda.
f.       Ikuti turutan penyajian setiap BAB tahap demi tahap.
g.      Selamat belajar, semoga sukses.
3.      Tujuan Pembelajaran
a.      Tujuan Umum Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami Agama Katolik.b.      Tujuan Khusus Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami:
1)      Menjelaskan pembentukan akhlak berdasarkan Agama Katolik.
2)      Menjelaskan etika menurut Agama Katolik serta akhlak beragama.
3)      Menjelaskan hubungan Agama Katolik dengan kesehatan.
  B.     PENYAJIAN MATERI
1.      Pembentukan Akhlak Berdasarkan Agama Katolik
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa Arab al-akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat (Hamzah Ya‟qub, 1988: 11). Sinonim dari kata akhlak ini adalah etika dan moral. Sedangkan secara terminologis, akhlak berarti keadaan gerak jiwa yang mendorong ke arah melakukan perbuatan dengan tidak menghajatkan pikiran. Inilah pendapat yang dikemukakan oleh Ibnu Maskawaih. Sedang al-Ghazali mendefinisikan akhlak sebagai suatu sifat yang tetap pada jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak membutuhkan kepada pikiran (Rahmat Djatnika, 1996: 27). Dalam khazanah perbendaharaan bahasa Indonesia kata yang setara maknanya dengan akhlak adalah moral dan etika. Kata-kata ini sering disejajarkan dengan budi pekerti, tata susila, tata krama, atau sopan santun (Faisal Ismail, 1988: 178). Pada dasarnya secara konseptual kata etika dan moral mempunyai pengertian serupa, yakni sama-sama membicarakan perbuatan dan perilaku manusia ditinjau dari sudut pandang nilai baik dan buruk. Akan tetapi dalam aplikasinya etika lebih bersifat teoritis filosofis sebagai acuan untuk mengkaji sistem nilai, sedang moral bersifat praktis sebagai tolak ukur untuk menilai perbuatan yang dilakukan oleh seseorang (Muka Sa‟id, 1986: 23-24).
Sejak tahun 1900-an mulai dikenalkan terminologi Pendidikan Karakter. Thomas Lickona dianggap sebagai pengusungnya, terutama ketika ia menulis buku 4 yang berjudul The Return of Character Education. Melalui buku tersebut, ia menyadarkan dunia Barat akan pentingnya Pendidikan Karakter. Pendidikan karakter, menurut Ryan dan Bohlin, mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (loving the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Pendidikan Karakter tidak sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah kepada anak, tetapi lebih dari itu Pendidikan Karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang yang baik sehingga siswa paham, mampu merasakan, dan mau melakukan yang baik. Pendidikan Karakter ini membawa misi yang sama dengan Pendidikan Akhlak atau Pendidikan Moral. Secara umum akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mulia dan akhlak tercela (buruk). Akhlak mulia adalah yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sedang akhlak tercela adalah akhlak yang harus dijauhi dan ditinggalkan. Dalam kenyataan hidup memang ditemukan orang yang berakhlak mulia dan juga sebaliknya. Ini sesuai dengan fitrah dan hakikat sifat manusia yang bisa baik dan bisa buruk. Baik atau buruk bukan sesuatu yang mutlak diciptakan, melainkan manusia dapat memilih beberapa kemungkinan baik atau buruk. Namun walaupun manusia sudah terjatuh dalam keburukan, ia bisa bangkit pada kebaikan kembali dan bisa bertaubat dengan menghitung-hitung apa yang telah dipetik dari perbuatannya (Ainain, 1985: 104). Untuk menjadi manusia yang baik (berakhlak mulia), manusia berkewajiban menjaga dirinya dengan cara memelihara kesucian lahir dan batin, tenang, selalu menambah ilmu pengetahuan, membina disiplin diri, dan lain sebagainya. Setiap orang juga harus menerapkan akhlak mulia dalam berbagai segi kehidupan. Akhlak mulia harus ditanamkan dan dipraktekkan sejak dari kehidupan dalam rumah tangga atau keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah atau pendidikan, dan lingkungan kerja, serta dengan lingkungan alam pada umumnya.
Untuk merealisasikan akhlak mulia dalam kehidupan setiap orang, maka pembudayaan akhlak mulia menjadi suatu hal yang niscaya. Di sekolah atau lembaga pendidikan, upaya ini dilakukan melalui pemberian mata pelajaran pendidikan akhlak, pendidikan moral, pendidikan etika, atau pendidikan karakter. Akhir-akhir ini di Indonesia misi ini diemban oleh dua mata pelajaran pokok, yakni Pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan. Kedua mata pelajaran ini tampaknya belum dianggap mampu mengantarkan peserta didik memiliki akhlak mulia seperti yang diharapkan, sehingga sejak 2003 melalui Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional 2003 dan dipertegas dengan dikeluarkannya PP 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pemerintah menetapkan, setiap kelompok mata pelajaran dilaksanakan secara holistik sehingga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran memengaruhi pemahaman dan/atau penghayatan peserta didik (PP 19 2005 pasal 6 ayat 4). Pada pasal 7 ayat (1) ditegaskan bahwa Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/ Paket B, SMA/MA/ SMALB/ Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan. Akhlak mulia di lingkungan sekolah atau pendidikan misalnya, harus tercermin dalam praktik kehidupan sehari-hari semua warga sekolah yang meliputi karyawan, guru, para siswa, dan kepala sekolah. Semua komponen sekolah, harus menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, seperti berlaku jujur, amanah, tanggungjawab, rasa hormat, peduli, santun, lapang dada, toleran, tekun dan sabar. Dengan menanamkan dan mempraktikkan sikap dan perilaku tersebut, maka pada waktunya kelak akan terbangun kultur akhlak mulia di lingkungan sekolah.
Ada variasi model pembentukan kultur akhlak mulia bagi siswa di sekolah-sekolah di Indonesia mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Dari delapan sekolah yang menjadi sampel penelitian terlihat jelas variasi tersebut. Tidak ada satu sekolah (dari delapan sekolah yang diteliti) yang melakukan pengembangan kultur akhlak mulia secara sempurna, atau sebaliknya sama sekali tidak baik, tetapi masing-masing sekolah memiliki kelebihan-kelebihan khusus di samping juga memiliki kekurangan. Namun demikian, jika dicermati ternyata ada kesamaan secara umum dari semua sekolah yang diteliti, yakni menjadikan visi, misi, atau tujuan sekolah sebagai dasar pijakan untuk membangun kultur akhlak mulia di sekolah. Terwujudnya visi, misi, dan tujuan sekolah ini perlu didukung dengan program-program sekolah yang tegas dan rinci dalam rangka pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah. Program-program ini akan berjalan dengan baik dan berhasil jika mendapatkan dukungan yang positif, berupa: 1) komitmen dari pimpinan sekolah, 2) dukungan semua guru, karyawan sekolah, orang tua siswa, komite sekolah, dan masyarakat, 3) sarana dan prasarana yang memadai, 4) kurikulum, 5) tata tertib sekolah, 6) kesadaran yang tinggi dari semua civitas sekolah, 7) keteladanan dari para guru dan karyawan sekolah, 8) kebersamaan sekolah, keluarga, dan masyarakat, 9) reward and punishment, dan 10) dilakukan secara berkesinambungan.
Model yang ideal yang sebaiknya dikembangkan dalam pembentukan kultur akhlak mulia di sekolah di Indonesia baik di tingkat dasar maupun menengah adalah sebagai berikut:
1) Sekolah sebaiknya merumuskan visi, misi, dan tujuan sekolah yang mengarah pada pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah.
2) Diperlukan adanya persepsi yang sama di antara civitas sekolah dan orang tua siswa serta masyarakat dalam rangka mewujudkan kultur akhlak mulia di sekolah.
3) Untuk pengembangan akhlak mulia di sekolah diperlukan juga kesadaran yang tinggi bagi seluruh civitas sekolah untuk mewujudkannya.
4) Adanya komitmen yang tegas dari kepala sekolah untuk mewujudkan kultur akhlak mulia di sekolah yang dituangkan dalam kebijakan-kebijakan atau program-program yang jelas.
5) Adanya program-program dan tata tertib sekolah yang tegas dan rinci serta mengarah pada pengembangan kultur akhlak mulia di sekolah.
6) Adanya pembiasaan nilai-nilai akhlak mulia dalam aktivitas sehari-hari di sekolah baik dalam aspek keagamaan maupun aspek yang bersifat umum.
7) Adanya dukungan positif dari semua pihak yang terkait dalam mewujudkan kultur akhlak mulia di sekolah.
8) Ada keteladanan dari para guru (termasuk kepala sekolah) dan para karyawan sekolah.
9) Adanya sinergi antara tiga pusat pendidikan, yakni pendidikan formal (sekolah), pendidikan informal (keluarga), dan pendidikan nonformal (masyarakat) untuk mewujudkan kultur akhlak mulia bagi para siswa baik di sekolah maupun di luar sekolah.
10) Perlu juga didukung adanya reward and punishment yang mendukung terwujudkan kultur akhlak mulia di sekolah.
11) Membangun kultur akhlak mulia membutuhkan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berkelanjutan.
12) Membangun kultur akhlak mulia perspektif Islam meliputi dua dimensi hubungan, yakni hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan sesama manusia.
13) Membangun kultur akhlak mulia tidak hanya melalui mata pelajaran tertentu, tetapi sebaiknya melibatkan semua mata pelajaran yang diajarkan di sekolah.
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan pada siswa untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agam Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungn kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa pendidikan Agama Katolik disekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan siswa berinteraksi (berkomunikasi), memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman siswa semakin diperteguh.2.      Etika menurut Agama Katolik serta Akhlak Beragama
            Banyak masalah yang sedang dihadapi bangsa ini terutama yang berkaitan dengan etika dan moral. Masalah utama moral bangsa ini antara lain hilangnya kejujuran, hilangnya rasa tanggung jawab, krisis kerjasama, hilangnya keadilan, rendahnya disiplin, krisis kepedulian. Dalam kehidupan beragama orang diselamatkan bukan oleh pengetahuan tentang imannya, tapi oleh kemampuannya menginterpretasi dan menerapkan pengetahuan  tentang imannya dalam hidup nyata sehari-hari.
Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada Injil  Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari berbagai agama dan kepercayaan.
Dalam pendidikan Agama Katolik, Pendekatan Pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang didalamnya terkandung 3 proses yaitu proses pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup nyata sehari-hari. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dimulai dari penggalian dan pendalaman pengalaman hidup sehari-hari, diteguhkan dalam terang Kitab Suci / ajaran Gereja, yang pada akhirnya diwujudnyatakan dalam tindakan konkrit sehari-hari.
     3.      Hubungan Agama Katolik dengan Kesehatan
            Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk selalu berbuat baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut. Manusia tidak bisa dilepaskan dengan agama, ketika manusia jauh dari agama maka akan ada kekosongan dalam jiwanya. Walaupun mungkin kebutuhan materialnya mereka terpenuhi. Akan tetapi kebutuhan batin mereka tidak, sehingga mereka akan mudah terkena penyakit hati.
            Penyakit hati yang melanda manusia yang tidak beragama akan senantiasa menghantui mereka sehingga mereka akan mudah putus asa. Oleh karena itu orang yang tidak beragama ketika mendapatkan persoalan hidup mereka akan mudah putus asa dan akhirnya mereka akan melakukan penyimpangan atau tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma atau ajaran agama.            Banyak  penyakit karena emosi-emosi buruk itu, yang tidak mungkin dapat disembuhkan oleh obat. Penyakit-penyakit sejenis ini dinamakan penyakit psikosomatik. Krisis akhlak pun mempunyai sebab-sebab dalam emosi tercela yang sedang merajalela. Karena emosi itu merupakan kenyataan yang dapat disaksikan pada tubuh manusia dan dapat dibagi dalam emosi yang negatif dan positif, sedangkan yang positif dapat melenyapkan atau menetralkan yang negatif dan menjadi peserta dalam insting religius, lantas akan menjadi bukti nyata bahwa religi itu anasir yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Jadi, religi bukan obat bius atau racun. Bahkan, sebaliknya religi menjadi obat mujarab bagi penyakit-penyakit yang disebabkan oleh gangguan emosi negatif.            Pintu gerbang ke neraka ada tiga buah, yang merusak jiwa, yakni keinginan (syahwat), marah, dan serakah. Dalam ilmu kedokteran baru yang dinamai psikosomatik, yang sedang marak dipelajari di Eropa dan Amerika oleh Dr J.L.C. Wortman, dikatakan bahwa ilmu psikosomatik, ilmu kedokteran, agama, dan filsafat berjabatan tangan. Hal itu benar-benar akan menjadi pembuka jalan ke arah dunia baru, yang sejak lama kita nanti-nantikan dan yang akan menjamin kehidupan bahagia bagi seluruh umat manusia, lahir dan batin.            Ilmu kedokteran psikosomatik -oleh ilmuwan Belanda Prof V. Rijnberk- dinamai juga ilmu kedokteran kesusilaan. Alasannya, bila seseorang sakit, seluruh jasmani dan rohaninya sakit. Bukan sebagian atau hanya jasmaninya yang sakit. Pendapat baru ini mungkin dapat digunakan sebagai pembuka jalan ke arah dunia kedokteran baru. Ilmu kedokteran menjadi pembuka tabir
http://himapspdunlam.web.fc2.com/pic_n_link/hub2.jpgrahasia seperti yang terbukti dalam kehidupan manusia. Alexis Carel, Freud, Jung, dan Robert, misalnya, adalah nama-nama ahli ilmu kedokteran yang memecahkan masalah-masalah yang tidak mungkin dapat diperoleh oleh ahli-ahli di lapangan ilmu pengetahuan lain. Dengan pendapat baru itu, ilmu kedokteranlah yang pertama mengerti bahwa di antara ilmu kedokteran, filsafat, dan agama, ada tali hubungan. Dengan tali-tali hubungan itu, kita dapat mengerti kesatuan berupa makhluk hidup yang dinamai manusia sebagai keseluruhan, bukan sebagai http://himapspdunlam.web.fc2.com/pic_n_link/hub3.jpgreduksi.
Terutama agama, yang sejak masa kesombongan ilmu pengetahuan, menjelma sebagai positivisme akibat diperolehnya hasil-hasil yang menyilaukan, mula-mula diejek, kemudian diingkari, tapi sekarang diakui oleh ilmu psikosomatik sebagai anasir yang sangat penting di dalam kehidupan tiap-tiap orang yang ingin memperoleh kebahagiaan.Pada zaman dahulu penyakit yang diderita oleh manusia sering dihubungkan dengan gejala-gejala spiritual. Ketika ada salah seorang dari mereka ada yang sakit, maka dengan spontanitas mereka akan mengkaitkan penyakit tersebut karena adanya gangguan dari makhluk halus. Oleh karena itu pada zaman dahulu ketika ada orang yang menderita penyakit selalu berkaitan dengan para dukun yang dipercaya mampu untuk berkomunikasi dengan makhluk tersebut sehingga diharapkan sang dukun dapat mengobati penyakitnya atau menahan gangguannya.  Ketika pemikiran manusia mengalami perkembangan, maka hal yang demikian tidak
http://himapspdunlam.web.fc2.com/pic_n_link/hub4.jpgberlaku lagi di tengah-tengah masyarakat kita yang sudah mengenal modernisasi. Segala macam bentuk penyakit yang di derita oleh manusia akan selalu mereka hubungkan dengan keadaan sang penderita dan untuk mengobati penyakit tersebut mereka akan selalu pergi kepada seorang dokter yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kepercayaan ini memang sebagian besar dapat dibuktikan oleh keberhasilan pengobatan dengan menggunakan peralatan dan pengobatan hasil temuan di bidang kedokteran modern. Praktik Spiritual yang Memengaruhi Asuhan Keperawatana. Kitab SuciSetiap agama memiliki tulisan sakral dan kitab yang menjadi pedoman keyakinan dan perilaku penganutnya. Selain itu, tulisan sakral sering kali menyampaikan cerita instrutif mengenai para pemimpin agama, raja-raja dan pahlawan. Pada sebagian besar agama, tulisan ini dianggap sebagai ucapan Sang Khalik yang ditulis para Nabi atau Khalifah. Umat kristiani memiliki kitab suci Injil,umat Yahudi memiliki kitab suci taurat dan tamud, dan umat muslim memiliki kitab suci alquran, umat Hindu memiliki beberapa kitab suci, atau weda dan umat Budda mengimani ajaran yang ada di Tripitaka. Naskah tersebut secra umum menetapkan hukum-hukum keagamaan dalam bentuk peringatan dan peraturan untuk hidup ( misal: 10 perintah Tuhan). Hukum keagamaan tersebut dapat diinterpretasi dalam berbagai cara oleh sub kelompok penganut agama dan dapat memengaruhi keinginan klien untuk menerima anjuran penanganan sebagai contoh transfusi darah dilarang pada ajaran saksi Jahovah.Individu sering kali mendapat kekuatan dan harapan setelah membaca buku-buku keagamaan/ kitab suci saat mereka sakit atau saat mengalami krisis. Contoh cerita keagamaan yang dapat memberikan kenyamanan bagi klien adalah penderitaan Nabi, baik pada Kitab  Suci Yahudi maupun Kristiani, dan penyembuhan yang dilakukan Yesus pada orang-orang yang mengalami penyakit fisik atau mental, dalam perjanjian baru. b. Simbol sakral        Simbol sakral mencakup perhiasan, liontin, tasbih, lambang, patung, atau ornamen tubuh (mis, tato) yang memiliki makna keagamaan atau spiritual. Simbol tersebut digunakan untuk menunjukkan keyakinan seseorang, untuk mengingatkan pemakainya akan keyakinannya, untuk memberikan perlindungan spiritual, atau untuk menjadi sumber kenyamanan atau kekuatan, individu dapat menggunakan liontin keagamaan sepanjang waktu, dan mereka mungkin berharap untuk mengenakannyasaat menjalani studi diagnostik, penanganan medis, atau pembedahan. Orang Katolik Roma dapat memakai Rosario untuk berdoa.c.      Doa dan MeditasiIndividu dapat memakai lambang atau patung keagamaan di dalam rumah, di mobil, atau di tempat kerja sebagai pengingat pribadi terhadap keyakinan mereka atau sebagai bagian tempat personal untuk sembahyang dan meditasi. Klien yang dirawat inap atau yang menjalani pengobatan di fasilitas perawtan jangka panjang mungkin berharap untuk diperbolehkan membawa atau memajang simbol spiritual berupa ( Gill, 1987, hlm, 489). Beberapa orang meragukan definisi tersebut karena menurut defenisi tersebut, doa mewajibkan orang yang berdoa memiliki keyakinan pada Tuhan atau entitas spiritual, padahal tidak semua orang yang berdoa memilikinya. Sementara itu, beberapa orang menganggap doa sebagai fenomena universal yang tidak mewajibkan keyakinan tersebut.            Beberapa agama memiliki doa-doa resmi dicetak dalam buku doa, seperti Book of Common Prayer di gereja Anglikan/ Episkopal dan  Missal di geraja katolik. Beberapa doa keagamaan dikaitkan dengan sumber keyakinan sebagai contoh, Doa Bapak Kami untuk umat Kristiani disampaikan kepada Yesus. Beberapa agama mewajibkan ibadah setiap hari atau menetapkan waktu spesifik untuk berdoa dah beribadah saat lima waktu bagi umat muslim. Mereka mungkin membutuhkan waktu tenang tanpa gangguan selama mereka membaca buku doa mereka, menggunakan Rosario, tasbih, dan ambang keagamaan lain yang tersedia bagi mereka.            Meditasi adalah kegiatan memfokuskan pikiran  seseorang atau terlibat dalam refleksi diri. Beberapa orang meyakini bahwa melalui meditasi yang mendalam, seseorang dapat memengaruhi atau mengontrol fungsi fisik dan psikologis serta perjalanan  penyakit.